Selasa, 7 Februari 2023Â
Anung Gantari (Seminaris Medan Pratama Seminari Mertoyudan)
Berbicara mengenai pemuda pada zaman sekarang, pasti kita tak asing dengan sebutan pemuda milenial, pemuda yang dikenal erat dengan segala teknologi di kehidupannya. Perkembangan teknologi dan informasi yang sangat pesat pada saat ini bisa menjadi "pedang bermata dua" bagi Indonesia.Â
Di satu sisi, hal ini bisa menjadi langkah yang bagus bagi Indonesia untuk dapat berkembang dan bersaing dengan negara maju, tetapi di sisi lain hal ini bisa menghilangkan kelestarian dari kearifan lokal yang Indonesia miliki. Indonesia sendiri dapat dikatakan sebagai negara yang hebat karena dapat menjunjung tinggi sikap toleransi atas keberagaman yang ada di dalam hidup bermasyarakat.Â
Kita sendiri tahu bahwa Indonesia dikenal bukan hanya dari kekayaan alamnya saja, melainkan dari keberagaman budayanya pula. Kelestarian dan keberlangsungan dari keberagaman itulah yang pemuda milenial saat ini pegang. Mereka yang seharusnya bertindak untuk terus mau belajar dan meneruskan yang sudah ada, bukan hanya di dalam masyrakat lokal, tetapi dalam masyarakat luar juga.Â
Perkembangan teknologi yang pesat pada zaman ini seharusnya dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk membuka mata masyarakat luas tentang Indonesia. Sayangnya hal tersebut tak dimaksimalkan dengan baik oleh pemuda saat ini. Bukti ini didapat dari banyaknya pemuda yang menyalahgunakan teknologi yang ada.Â
Pemuda pada saat ini sedang gila terhadap gadget. Bermedia sosial pun menjadi aktivitas yang wajib bagi mereka. Tak ada salahnya mengenai hal tersebut, tetapi yang menjadi permasalahan adalah ketika para pemuda pada saat ini menggunakan gadget dan media sosial untuk hal yang tidak baik. Banyak pemuda yang menjadikan media sosial sebagai sarana untuk menghujat dan menyebarkan kebencian kepada banyak orang.Â
Contoh kasus, banyak penyebaran ujaran kebencian terhadap Presiden Indonesia, Joko Widodo. Mulai dari berbagai komentar hingga postingan meme, banyak yang melecehkan nama Presiden Joko Widodo. Seharusnya penggunaan gadget inilah yang bisa menjadi senjata untuk sarana pelestarian kearifan lokal dan bukannya untuk hal yang dapat menimbulkan perpecahan.Â
Nilai sikap, moral, dan etika menjadi pondasi pokok dalam melestarikan kearifan lokal. Nilai- nilai tersebut dapat dikombinasikan dengan kemajuan teknologi yang ada pada saat ini. Kemajuan teknologi ini dapat menjadi sarana untuk pelestarian kearifan lokal. Inilah yang seharusnya dilakukan para pemuda sejak awal. Mereka dapat berinovasi menggabungkan dua hal yang berbeda menjadi satu. Salah satu dari perkembangan teknologi tersebut adalah media sosial. Penggunaan media sosial dapat menjadi berguna bagi diri sendiri dan sesama jika digunakan dengan baik.Â
Konten atau postingan yang menarik tentang permainan tradisional, makanan daerah, baju adat maupun kebudayaan-kebudayaan tertentu akan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat.Â
Ini akan menjangkau masyarakat luas dari berbagai belahan dunia tentang kearifan lokal yang Indonesia punya. Maka dari itu para pemuda menjadi peran penting untuk membuat tren dan populer tentang kebudayaan Indonesia di media sosial yang ada, seperti Youtube, Instagram, Twitter, Facebook, dan sebagainya.Â
Generasi milenial akan menjadi pemegang nasib keberlangsungan budaya di Indonesia. Generasi inilah yang menjadi harapan masa depan bangsa. Jika tren buruk dan ketidakpedulian terhadap budaya di kalangan para pemuda ini masih berlanjut, maka kemungkinan terburuknya adalah budaya yang Indonesia miliki akan hilang begitu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H