Tangerang – 30 September 2024
Dalam dunia musik independen, ada banyak musisi yang berjuang menemukan jati diri mereka. Salah satunya adalah MisantosoMusik, seorang pria kelahiran Jakarta, 21 Juni 1994, Bernama Mochamad Imam Santoso, yang kini tinggal di Kab. Tangerang. Di kalangan teman dan penggemarnya, ia lebih dikenal dengan nama Imam atau Misantoso. Sosok random yang penuh warna dan suka melakukan hal-hal gila sesuai nalurinya ini, menemukan jati dirinya melalui musik dan tulisan.
Ketika ditanya tentang latar belakang musiknya, Imam menjawab dengan penuh kepercayaan diri, "Aku ini bukan musisi profesional, masih amatiran. Tapi lewat musik aku bisa mengekspresikan semua keresahan yang ada dalam diriku. Musik adalah caraku untuk jujur pada diri sendiri." Sebagai penggemar genre blues, rock, reggae, dan pop, Imam menemukan kebebasan dalam berbagai aliran musik. "Aku suka apapun tentang musik. Meskipun belum expert, musik sudah menjadi bagian dari jiwaku," tambahnya.
Namun, Imam bukan hanya sekadar musisi. Dia adalah penulis lirik, puisi, dan novel, serta seorang kreator konten yang selalu mengikuti inspirasi. Baginya, menulis dan bermusik adalah cara untuk menuangkan segala pemikiran dan kegelisahan hidupnya. "Kenapa aku suka menulis dan musik? Karena di sana aku menemukan diriku yang sebenarnya. Menulis dan musik adalah refleksi dari semua kegelisahan batin yang kadang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata biasa," ujarnya.
Karya musik Imam sejauh ini mencakup tiga lagu yang semuanya terinspirasi dari pengalaman pribadinya. Lagu pertama berjudul Tabir Cerita (Meratapinya) dirilis pada tahun 2021. Lagu ini berkisah tentang seseorang yang harus meratapi kepergian kekasihnya yang meninggal dunia setelah mereka menjalani hubungan jarak jauh. Imam menjelaskan, "Lagu ini sangat personal. Ini adalah pembuka dari kisah nyata yang juga sedang aku tulis dalam bentuk novel."
Lagu keduanya, Dialog Rindu, adalah kelanjutan dari cerita dalam lagu pertama. Lagu ini dirilis pada tahun 2022 dan menggambarkan percakapan emosional antara dua kekasih yang terpisah oleh jarak. "Aku ingin menunjukkan bagaimana rasa rindu bisa membuat seseorang mengeluh, ingin bertemu, tapi jarak dan waktu tidak memungkinkan," ujar Imam penuh makna.
Sementara itu, lagu ketiganya berjudul Merebahkan Rindu (Pulang), dirilis pada tahun 2023. Lagu ini menutup trilogi cerita dengan nuansa retro yang berbeda dari dua lagu sebelumnya. "Lagu ini berbicara tentang kepulangan seseorang setelah sekian lama terpisah. Ini sangat personal dan penuh dengan keresahan yang aku rasakan," kata Imam.
Menariknya, meskipun lagu Merebahkan Rindu (Pulang) menutup trilogi pertama dari kisah nyata Imam, ia mengungkapkan bahwa perjalanannya belum berakhir. "Masih ada sekitar 5 sampai 6 lagu lagi yang sedang dalam proses rekaman. Ini kelanjutan dari trilogi sebelumnya. Aku nggak tahu kapan tepatnya semua akan selesai, mungkin tahun depan. Pokoknya, semau aku aja kapan jadinya," ujarnya sambil tertawa.
Meskipun telah menulis lagu sejak tahun 2015, Imam merilis karya-karyanya secara bertahap dan terinspirasi oleh kisah nyata. "Lagu pertama dan kedua aku tulis sekitar tahun 2015, tapi baru aku rilis beberapa tahun kemudian. Sedangkan lagu ketiga aku tulis pada tahun 2017, dan baru rilis tahun lalu. Aku selalu percaya bahwa setiap lagu punya waktu tersendiri untuk dilahirkan."
Kini, Imam tengah bekerja pada novel yang akan menjadi bentuk lanjutan dari trilogi lagu-lagunya. Namun, seperti banyak penulis lainnya, ia juga menghadapi tantangan berupa writer's block. "Aku sedang stuck ide untuk novel ini, tapi aku yakin akan menemukan jalan keluarnya. Novel ini adalah penjelasan lebih dalam tentang arti dari setiap lagu yang aku ciptakan," ungkapnya dengan optimisme.
Dalam perjalanannya sebagai musisi dan penulis, Imam selalu berusaha untuk jujur pada dirinya sendiri. Melalui musik dan tulisan, ia menemukan cara untuk menghadapi kegelisahan, merangkul ketidakpastian, dan mengekspresikan sisi terdalam dari jiwanya.