Bedasarkan data dari Kementerian Pertanian 2017 bahwa kebutuhan nasional akan kedelai sebesar 2,3 juta ton dan produksi nasional hanya 982,47 ribu ton. Angka ini hanya menopang 43% dari kebutuhan kedelai nasional, untuk 57% kebutuhan dipenuhi dengan impor. Pada tahun 2018 seiring bertambahnya jumlah penduduk diprediksi kebutuhan nasional akan kedelai bertambah juga yaitu 2,5 juta ton. Kementerian Pertanian menargetkan indonesia tahun 2018 akan swasembada kedelai hal ini dipercepat dua tahun dari wacana sebelumnya yang menargetkan swasembada kedelai pada tahun 2020.
Melihat data kebutuhan nasional akan kedelai meningkat, pemerintah membuat skenario pencapaian agar swasembada kedelai bukan hanya sekedar wacana belaka. Skenario tersebut adalah dengan menggunakan benih unggul agar produktivitas meningkat dan adanya perluasan areal tanam untuk komoditas kedelai. Jika meliihat dari data-data benih unggul lokal yang ditemukan oleh pemulia lokal, indonesia dipastikan bisa swasembada kedelai. Untuk perluasan areal tanam ditempuh dengan cara memanfaatkan lahan tidur, lahan kering, lahan bera, lahan pasang surut, lahan perkebunan, lahan perhutani inhutani, lahan perhutanan sosial, lahan ex-tambang, lahan ex-PATE kedelai APBD-p 2017, dengan penanaman tumpang sari kedelai dan komoditas lain, lahan tegalan, pematang sawah, lahan swasta dengan sistem kemitraan.
Namun ada faktor-faktor lain agar skenario dapat tercapai yaitu sarana produksi, penetapan kebijakan harga beli kedelai petani dan jaminan pasar, pengaturan importasi kedelai, kondisi iklim yang medukung, dan dukungan nyata pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan. Menurut saya kaum millenial ditantang untuk menyempurnakan faktor penunjang skenario ini.
Melihat skenario yang dicanangkan pemerintah, bagaimana pendapat kaum millenial? Menurut saya para pemulia sudah bekerja keras dan berhasil menghasilkan benih-benih dengan varietas produktivitas tinggi tetapi akankah jika ditanam produktivitas kedelai tersebut sesuai dengan deskripsi varietas? Melihat banyak sekali faktor pembatas dilapangan yang menjadi kendala. Ini saatnya kaum millenial menanggapi  data-data nasional akan kedelai. Bukan hanya tanggap saja, tetapi juga membuat sesuatu yang nyata untuk mendukung skenario swasembada kedelai.
Jika dilihat di lapangan, petani di Indonesia adalah angkatan tua begitupun dengan petani kedelai. Seperti yang kita ketahui bahwa petani tua tidak begitu mengerti tentang teknologi informasi.Apalagi kultur petani tua Indonesia yang tergolong sulit menerima teknologi baru, mereka lebih cenderung menggunakan sistem bertani kedelai yang biasa dilakukan secara turun-temurun.Sudah saatnya kamu millenial menyediakan diri turun ke lapangan untuk menggantikan petani tua. Sudah saatnya kaum millenial menerapkan teknologi yang ada untuk mendukung skenario pemerintah agar swasembada kedelai bukan sekedar wacana saja. Ajakan ini juga untuk saya sendiri sebagai kaum millenial yang merasa sangat dekat dengan gadget, yang seharusnya ilmu pengetahuan begitu mudah didapat dari gadget yang kita bawa kemana-mana.
Sumber:
http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id
Materi Kuliah Tanaman Pangan Sem I 2018-2019 oleh Suprihati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H