Di hamparan luas dibawah matahari yang tersenyum lebar, Zea mays merana menunggu kapan hadirnya seorang sahabat yang dapat menemaninya. Sudah lama Zea mays meminta sahabat pada tuannya, tetapi tuannya tak kunjung mendatangkan sahabat. Tuannya selalu datang membawa makanan dengan sebutan urea, Zea mays muak dengan makanan itu, Zea mays menangis dan berteriak tak seperti matahari di atasnya yang tersenyum begitu lebar.
"aku tak lagi butuh makan, makanan itu sudah mengotori rumah ku"
Berbulan-bulan sang tuan menunggui Zea mays makan, tetapi alhasil tak ada tanda bahwa Zea mays sudah makan makanannya, tubuhnya kurus dan tingginya tak bertambah. Sang tuan khawatir Zea mays tak bisa berkembang dengan baik. Sang tuan mendekati Zea mays mengusap tubuh Zea mays dengan tatapan sedih.
"coba ceritakan keluhanmu pada ku Zea mays" kata sang tuan.
"aku sudah muak dengan urea yang ke berikan tuan! Tanah yang menjadi rumahku sudah tak bisa ku di tinggal dengan nyaman, rumahku kotor karena makanan itu. Engkau tak perlu lagi membuang uangmu untuk membeli makanan itu. Cukup engkau datangkan aku seorang sahabat, aku berjanji akan hidup bahagia dan aku akan menghasilkan buah yang baik dan kau bisa mengambil buahku untuk mengganti uangmu" kata Zea mays.
"aku bingung Zea mays harus mendatangkan sahabat yang seperti apa, aku takut sahabat yang kudatangkan untuk mu tak benar-benar bersahabat. Aku takut rugi, kemarin aku sudah rugi karena membelikan urea untuk mu", kata sang tuan.
"coba kau tanyakan pada sahabatmu diseberang yang memelihara kakak ku, sahabat seperti apakah yang didatangkannya untuk kakakku" kata Zea mays.
Dengan sigap sang tuan pergi ke seberang ke sahabat karibnya menanyakan sahabat yang tepat untuk Zea mays. Sahabat sang tuan bercerita, sahabat yang didatangkannya bernama Kedelai yang berasal dari keluarga Fabaceae.
 "saya senang dengan Kedelai, Kedelai itu baik hati, dia senang berbagi " kata sahabat sang tuan.
 "bolehkah aku meihat kakak Zea mays dan sahabatnya?" tanya sang tuan.
"silahkan" jawab sang sahabat.