di pelataran senja wajah kita kembali bersitatap
pada meja-meja yang diam membisu
seperti yang kau janjikan, kubawa secarik surat
yang kita simpan rapat dalam tahun-tahun kerahasiaan
kau memesan robusta, sedang aku memilih arabika
harumnya lebih pekat, katamu dalam mimik sok akrab
bukankah kita sama-sama kikuk untuk saling menumpahkan rindu?
sampai sekadar menanya kabarpun alpa dari lisanku
padahal ada banyak kenangan yang layak diulang
lalu masing-masing kita memegang tangkai cangkir
kau langsung menyeruput, sementara aku mengadukrata dulu