Mohon tunggu...
Anugrah Roby Syahputra
Anugrah Roby Syahputra Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Ditjen Bea & Cukai, Kemenkeu. Ketua Forum Lingkar Pena Wilayah Sumatera Utara. Menulis lepas di media massa. Bukunya antara lain Gue Gak Cupu (Gramedia, 2010) dan Married Because of Allah (Noura Books, 2014)

Staf Ditjen Bea & Cukai, Kemenkeu. Pegiat Forum Lingkar Pena. Penulis lepas. Buku a.l. Gue Gak Cupu (Gramedia, 2010) dan Married Because of Allah (Noura Books, 2014)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dari Ngekos ke Jalan Lain Menuju Sukses

9 Januari 2012   06:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:08 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13260851161849286492

Oleh: Anugrah Roby Syahputra

(Koordinator Leutika Reading Society Banda Aceh)

Banyak jalan menuju Roma atau Mekkah. Begitupun dengan kesuksesan, terbentang beragam jalan. Banyak trainer, motivator dan penulis telah mengungkap rahasianya. Namun melalui buku Ngekos Yuk! karya Amanda Ratih Pratiwi ini saya diyakinkan oleh penulisnya bahwa ada jalan lain yang mudah dan sederhana untuk sukses: ngekos. Ya, ini memang langkah awal. Namun bukankah langkah ke seribu tak kan ada tanpa langkah pertama? Setidaknya begitulah ajaran pepatah Cina. Memang, sejatinya buku ini adalah sejenis how to, panduan praktis untuk para koser wa bil khusus kaum muslimah (meski cowok juga dianjurkan membaca kitab ini) tapi kenyataannya buku saku ini juga berhasil memotivasi pembaca.

Mengapa ngekos bisa menjadi salah satu jalan menuju sukses? Karena dengan ngekos kita akan menjadi manusia yang punya tanggungjawab. Kita benar-benar merasakan menjadi pemimpin bagi diri sendiri. Maka kemudian sifat manja dan kekanak-kanakan perlahan-lahan akan kita tinggalkan. Lalu kita beralih menuju kedewasaan dan kemandirian. Kata si pengarang buku ini, “ Pokok’e, ngekos itu bisa menjadikan diri ini lebih dewasa sepulah tahun dari umur kita yang sebenarnya. Yakin!”

Meski awalnya ada keterpaksaan, namun benar kata pepatah yang sering saya pelintir: alah bisa karena dipaksa. Setelah dimotivasi pada bab pembuka, selanjutnya pembaca bisa mendapatkan tips-tips praktis untuk menjadi koser yang baik, gaul dan prestatif. Mulai dari tips menghemat pengeluaran, menjaga kesehatan dan kebersihan sampai cara untuk memulai wirausaha ringan buat nambah uang jajan.

Di samping itu, kita juga bisa mengulik banyak hal yang di luar dugaan kita (apabila kita masih berstatus calon koser). Tentang kisah-kasih anak kos, penyakit-penyakit khas anak kos juga mengenai bahaya-bahaya yang mungkin mengintai perantau belia ini. Siapa sangka kalau kos mahasiswa juga bisa digasak maling? Nah, kisah-kisah semacam ini akan mengajarkan kita untuk lebih waspada, sebab seperti petuah sakti dari Bang Napi karena kejahatan terjadi bukan hanya karena niat pelakunya, tapi karena ada kesempatan.

Tak cuma itu, di buku mungil ini Amanda Ratih Pratiwi –yang konon katanya sekarang sudah alumni ngekos dan menetap di Ambon- juga mengulik dunia pergaulan anak kos. Bagaimana menjalin persahabatan yang baik dengan teman satu kamar, satu kos, tetangga, ibu kos, Pak RT sampai ke warga masyarakat setempat. Kerennya lagi, kita juga diberikan pilihan-pilihan anti bokek bagi anak kos. Sejumlah pilihan wirausaha ringan yang menjanjikan ditawarkan oleh sang penulis.

Pokoknya, buku ini benar-benar lengkap. Apalagi di bagian akhir kita juga diberi jurus-jurus ampuh mengasah kreativitas agar kita betah ngekos dan nggak terjangkit homesick. Plus tips aman ketika pulang kampong. Sampai seorang teman saya, yang sudah kos menahun (baca: bertahun-tahun) pun mengacungkan jempol untuk buku ini. Berasa betul manfaatnya, katanya.

Tapi, satu yang saya rasa agak kurang dari buku ini. Ops, sebenarnya mungkin bukan kurang. Jika dibaca-baca ulang seluruh konten buku ini hanya memberi panduan bagi koser yang sedang studi alias berstatus mahasiswa. Semua sudut pandangnya untuk koser mahasiswa. Sementara dalam fakta, tidak sedikit koser yang berstatus pekerja. Dan tentunya penanganan untuk mereka sedikit berbeda. Mungkin lebih tepatnya tagline buku ini diubah menjadi Panduan Wajib Mahasiswi Koser.

Begitupun, buku ini adalah sebuah karya besar. Sebuah kontribusi yang akan sangat berarti untuk para calon koser yang kebingungan di negeri rantau. Empat jempol buat Kak Manda dan Leutika!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun