Mohon tunggu...
Anugrah Roby Syahputra
Anugrah Roby Syahputra Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Ditjen Bea & Cukai, Kemenkeu. Ketua Forum Lingkar Pena Wilayah Sumatera Utara. Menulis lepas di media massa. Bukunya antara lain Gue Gak Cupu (Gramedia, 2010) dan Married Because of Allah (Noura Books, 2014)

Staf Ditjen Bea & Cukai, Kemenkeu. Pegiat Forum Lingkar Pena. Penulis lepas. Buku a.l. Gue Gak Cupu (Gramedia, 2010) dan Married Because of Allah (Noura Books, 2014)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dear, Pak Polisi

6 Agustus 2011   10:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:02 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dear, Pak Polisi

Oleh: Anugrah Roby Syahputra

Orang curhat mengenai persoalan pribadi, entah itu masalah keluarga atau bertetangga itu sudah lumrah. Wajar saja. Tak ada yang istimewa. Sebab di mana-mana orang melakoninya. Sebab kita adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk mendengarkan masalah-masalah kita. Tapi, pernahkah Anda dicurhatin tentang kondisi jalan raya? Hampir pasti jawabannya tidak. Ya, kan? Sebab itu tidak biasa (baca: luar biasa). Namun di buku Curhat Jalan Raya terbitan Leutika, sebuah penerbit muda yang kini menjadi rising star di dunia literasi, beragam variasi keluh kesah tentang jalan raya ditumpahcurahkan.

Dalam buku setebal 209 halaman ini, Anda akan berpetualang keliling Indonesia untuk menyaksikan berbagai parade menggelikan di jalan raya republik kita. Kadang-kadang kita miris melihatnya. Ironis. Tragis. Mulai dari masalah rambu lalu lintas yang nggak jelas, pengendara sepeda motor yang ugal-ugalan, pejalan kaki dan pesepeda yang termarjinalkan, jalan yang dihiasi lubang-lubang, angkutan umum, polisi tidur, kemacetan yang pake banget hingga persoalan pengamen yang memusingkan.

Persoalan pengamen ini dialami Dhiora Bintang. Dia pernah ngasih recehan ke seorang pengamen, tapi malah ditolak dengan sindiran sinis oleh sang “artis”, “Di depan masih banyak pengamen, jadi kasih (recehan) ini ke mereka.”

Lain lagi dengan di Makassar, Sulawesi Selatan. Mobil jenazah yang seharusnya diiringi dengan doa penuh kekhusyukan malah seringnya dilontari ucapan kasar semacam, “Kurang ajara’! Mapparecu mi jamanna. Mate lalono.” Selain itu, masih banyak kisah lain yang menarik dan patut disimak. Seperti tentang angkot tergaul se-Indonesia yang konon katanya ada di kota Padang.

Di buku ini, mulai dari hal-hal yang umum sampai yang tak lazim diceritakan lengkap. Kita menjadi tahu mengenai seluk beluk nusantara yang kita cintai ini. Apalagi buku ini merupakan kumpulan 30 karya terbaik dari 279 peserta Lomba Curhat Jalan Raya yang pesertanya berasal dari Sabang sampai Merauke plus mancanegara seperti: Hongkong, Malaysia, Singapura dan Mesir.

Insya Allah buku ini dapat menambah khazanah wawasan kita. Tentunya, tidak hanya dengan mengetahuinya an sich. Tapi juga dengan mengarifinya, mencerap hikmahnya dan menebarnya pada sekitar.

Judul: Curhat Jalan Raya

Penulis: Ifa Avianty, dkk

Penerbit: Leutika, Yogyakarta

Tebal: 209 halaman

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun