Setidaknya perjalanan nanti memang sudahlah direncanakan.
Sejauh mata memandang, apa yang saya lihat hanya sebatas hamparan luas susunan kota. Sebuah kota yang susunan keliahatan agak berantakan dari atas sini. Tata letak rumah-rumahnya yang luar biasa berantakan itu mengundang mata untuk menggusurnya. Ya, kalau saya ini punya kekuatan yang besar, sudah pastilah pemandangan yang mengganggu itu saya pindahkan ke tempat lain.
Di ujung sana, saya melihat barisan gunung-gunung yang mengurungi kota ini. Saya tidak mengenali gunung-gunung tersebut. Bentuk mereka juga bermacam-macam.
Tepat di hadapan saya, saya melihat sebuah sawah yang berbukit-bukit. Jelas sekali warna kekuningannya dari arah sini. Susunan-susunan tanaman di sawah itu juga terlihat saya dari sini.
Agak ke kiri sedikit saya melihat jarak pemisah dari barisan gunung tadi. Pemisah itu sangat sempit kalau dilihat dari sini. Mungkin bisa saja itu sebuah lembah.
Sedikit melihat ke atas adalah hamparan langit berwarna biru yang sangat luas. Kali ini gumpalan awan putih yang keliahatannya sangat empuk itu terlihat menemani kekosongannya.
Berbeda memang dengan hamparan tanah yang di bawah sana. Seperti yang barusan saya tuliskan, tanah yang luas itu hanya diisi oleh susunan-susunan rumah yang sama sekali tidak serasi. Sebenarnya hal itu tidak bisalah dibilang merusak pemandangan, karena sebenarnya itu semua adalah kehidupan. Bagaimananpun kemasannya, sudah pastilah tidak gampang untuk memulainya dari awal.
Saat ini saya berada di ketinggian yang bisa melihat semua hal tadi. Cukup tinggi untuk melihat campuran pekerjaan tangan manusia dan Tuhan. Cukup tinggi untuk melihat seberapa jauh jarak gedung yang satu dengan yang lain, seberapa besar tinggi gedung yang satu dengan lainnya, seberapa besar perbedaan ketinggian dari gunung-gunung itu, begitu seterusnya.
Banyak sekali yang bisa saya bandingkan dari arah sini. Belum lagi, saya juga bisa melihat mereka-mereka yang beraktivitas di bawah sana. Cukup jelas pula untuk melihat apa yang mereka kerjakan karena memang mereka tidak terlalu jauh di bawah pandangan saya. Warna baju mereka kelihatan jelas dari sini. Mereka terlihat sibuk dengan pekerjaan mereka. Yang saya maksud adalah yang disebelah kanan bawah saya ini. Bahkan suara yang dihasilkan dari pekerjaan mereka kedengaran dari sini. Mereka sibuk menghancurkan tembok-tembok sebuah rumah. Mungkin di daerah situ akan dibangun bangunan yang baru, atau bisa saja tempat itu hanya dijadikan lapangan luas.
Tiupan angin yang datang ke arah sini sangatlah nyaman. Rasanya pikiran ini pun kembali nyaman ketika angin-angin itu sekilas melewati saya yang baru saja terbangun dari tidur yang cukup singkat. Cukup singkatlah bisa dibilang karena setelah melihat ke arah jam, ternyata saya hanya tidur sebatas lima jam saja. Suara mereka menghentikan mimpi saya, gerak-gerik mereka menyadarkan mata saya. Semuanya itu membuat saya merasa cukup untuk berbaring di atas karpet yang dipenuhi oleh kabel-kabel dari charger handphone dan laptop. Semuanya itu tidak ada yang dibereskan satu pun. Semuanya itu dibiarkan begitu saja mengingat bermacam-macam kegiatan yang dilakukan disini.
Bukan suara dan gerak-gerik mereka yang dibawah sana yang membangunkan saya. Di tempat inilah. Sebuah apartemen. Letaknya sebenarnya tidaklah terlalu jauh dari tempat saya tinggal. Tapi kalau dilihat dari atas sini, sepertinya tempat saya itu jauh sekali. Saya bisa mengenalinya karena dari sini kelihatan pula kubah mesjid yang dekat dengan tempat tinggal saya itu.