Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.2: Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya
Oleh: Anugrah
Pendidikan Guru Penggerak Sulawesi Selatan
Dalam peran saya sebagai Kepala Sekolah dan juga Calon Guru Penggerak, saya menyusun refleksi dwi mingguan ini dengan menggunakan model Connection, Challenge, Concept, Change (4C) yang dikembangkan oleh Ritchhart, Church, dan Morrison (2011). Pendekatan ini membantu saya untuk mengkaji lebih dalam materi yang diterima dan bagaimana hal tersebut memengaruhi visi dan praktik kepemimpinan saya di sekolah. Berikut refleksi mendalam berdasarkan pertanyaan kunci yang disesuaikan dengan konteks peran saya.
Connection
Bagaimana materi yang dipelajari terkait dengan peran sebagai Calon Guru Penggerak?
Materi dalam Modul 3.2 mengenai kepemimpinan dalam pengelolaan sumber daya sangat erat kaitannya dengan peran saya sebagai Kepala Sekolah dan Calon Guru Penggerak. Saya menyadari bahwa tugas utama sebagai pemimpin di sekolah tidak terbatas pada memfasilitasi proses pembelajaran di dalam kelas, tetapi juga mencakup pengembangan lingkungan belajar yang berkelanjutan, kolaboratif, dan responsif terhadap kebutuhan beragam murid.
Materi ini menyoroti pentingnya memberdayakan semua potensi yang ada, baik di dalam diri murid maupun di lingkungan sekitar sekolah. Dengan pendekatan ini, saya semakin memahami bahwa keberhasilan pembelajaran yang holistik dan inklusif bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga hasil dari pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya yang ada. Ini meliputi penguatan kolaborasi antara guru, murid, orang tua, dan masyarakat sekolah untuk menciptakan suasana belajar yang ramah, nyaman, dan mendukung inovasi serta kreativitas.
Sebagai seorang calon pemimpin perubahan, saya merasa bertanggung jawab untuk mengoptimalkan aset pendidikan yang dimiliki sekolah. Hal ini tidak hanya untuk mendukung pencapaian kurikulum, tetapi juga untuk membentuk karakter murid yang kuat dan mandiri. Memahami dan menerapkan prinsip pengelolaan sumber daya yang efektif memperkuat komitmen saya dalam mendukung visi Guru Penggerak sebagai agen perubahan yang berdedikasi untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dengan bekal ini, saya terdorong untuk terus mengembangkan diri menjadi pemimpin yang reflektif, bijaksana, dan fokus pada pengembangan potensi di lingkungan sekolah.
Challenge
Adakah ide atau materi dari narasumber yang berbeda dari praktik yang selama ini dijalankan?
Melalui materi dan pandangan dari narasumber dalam modul ini, saya diperkenalkan pada konsep pendekatan berbasis kekuatan (strength-based approach) yang berbeda dari pendekatan yang biasa saya gunakan, yaitu pendekatan berbasis kekurangan (deficit-based approach). Pendekatan berbasis kekurangan mendorong kita untuk fokus pada aspek-aspek yang perlu diperbaiki dalam proses pembelajaran. Namun, pendekatan berbasis kekuatan memberikan sudut pandang baru yang mendorong pemimpin untuk mengidentifikasi dan mengoptimalkan potensi positif dari setiap individu dan sumber daya yang ada di lingkungan sekolah.
Pendekatan ini mengingatkan saya bahwa setiap individu, baik murid, rekan guru, maupun elemen lain di lingkungan sekolah, memiliki kekuatan dan potensi unik yang bisa menjadi bagian dari solusi pembelajaran. Menekankan pentingnya memberdayakan potensi ini untuk menciptakan suasana belajar yang lebih inklusif dan produktif. Dengan pola pikir ini, saya semakin menyadari bahwa kepemimpinan bukan hanya tentang mengarahkan atau mengawasi, tetapi lebih dari itu, adalah bagaimana memfasilitasi perkembangan potensi yang ada dan menciptakan budaya yang mendukung keberagaman dan kreativitas.
Misalnya, dalam interaksi sehari-hari, saya mencoba mengubah cara pandang saya terhadap murid-murid dan rekan guru, serta mengapresiasi keunikan dan kontribusi mereka. Penerapan pendekatan ini membantu saya memahami bahwa setiap individu adalah sumber daya berharga yang mampu memberikan dampak positif jika diberdayakan secara efektif. Dengan ini, saya semakin termotivasi untuk mengintegrasikan pendekatan berbasis kekuatan dalam setiap aspek pengelolaan sekolah.