Mohon tunggu...
Ayahnya Asti
Ayahnya Asti Mohon Tunggu... profesional -

Saya seorang praktisi dibidang pelayanan kesehatan (medis) yang saat ini tengah membina sarana pelayanan Independen di kawasan desa Rempoah, Baturraden, Banyumas Jawa Tengah, mempunyai obsesi ingin memajukan mutu pelayanan terdepan bagi semua lapisan Masyarakat tanpa kecuali, mengingat keprihatinan saat ini dengan pelayanan medis yang semakin sulit dijangkau oleh masyarakat kecil pada umumnya, saya juga mendedikasikan diri saya didunia pendidikan sebagai pengajar di beberapa institusi pendidikan kesehatan di kota tempat saya bekerja dan kota/negara lain, juga sebagai Konseling dan Motivator dibidang Kesehatan pada umumnya. Motto Saya adalah Hidup Sehat itu dimulai dengan Kesehatan Pikiran, Fisik, Mental, dan Lingkungan yang diawali dari Rumah, Smart Health from home including Mind, Body, Soul and Environment.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengasihi dan Menyayangi

13 Desember 2009   02:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:58 2020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_37261" align="alignleft" width="150" caption="kasih dan sayang-http://images.google.co.id/images"][/caption] ‘Kasih' dan ‘Sayang' merupakan dua kata yang saling seiring dan sejalan yang selalu kita lakukan kepada orang orang terdekat kita, bisa itu orang tua, anak, istri, suami, sahabat dan handaitolan lainnya. Tahukan anda, bila kita memberikan ‘kasih' dan ‘sayang' ini dengan tulus dan digenapi dengan perbuatan nyata serta tidak diikuti ‘hal-hal' lain yang mengurangi makna kedua kata ini, maka hubungan kita dengan sesama akan terasa sangat sempurna. Bagaimana bentuk nyata dari upaya kita dalam mengungkapkan dua kata ini yaitu ‘kasih' dan ‘sayang' kepada orang orang terdekat disekitar kita? Apakah dengan selalu mengucapkannya maka kita sudah memberikan ‘kasih' dan ‘sayang' ini dengan tulus? Atau dengan sebuah perbuatan nyata, tanpa mengatakan sepatah katapun? Pada kesempatan ini saya akan sedikit berbagi pemikiran akan dua hal ini, yaitu ‘kasih' dan ‘sayang', yang bila kita jadikan kebiasaan dalam membina hubungan dengan sesama, kepada siapapun, maka akan mempunyai kekuatan yang sangat dahsyat dalam sebuah hubungan itu. Saya akan memberikan sebuah illustrasi sederhana yang sering terjadi dalam kehidupan kita sehari hari dan semoga illustrasi ini bisa memberikan makna yang bisa mewakili arti dari ‘kasih' dan ‘sayang' yang kita ucapkan dan kita lakukan kepada orang orang disekitar kita. Ceritanya begini : Ada seorang ibu mempunyai tiga orang anak. Ketika hujan turun dengan derasnya, sang ibu sambil duduk membuat beberapa kue dagangannya dengan serius. Datanglah anak pertama dan berkata kepadanya, "Ibu, aku begitu mengasihi dan menyayangimu!" Mendengar kakaknya berkata demikian, adik kedua tidak mau ketinggalan. Ia datang mendekati ibunya, lalu berkata pula, "Ibu, di antara kami bertiga, akulah yang paling mengasihi dan menyayangi ibu!" Si bungsu yang memperhatikan dengan serius tindakan kedua kakaknya, segera meninggalkan mainannya, lalu datang kepada ibunya. Si bungsu tidak berkata apa-apa, tetapi ia langsung memeluk ibunya dengan penuh kasih dan sayang. Setelah itu mereka kembali ke tempatnya masing-masing. Setelah selesai membuat kue-kue itu, pada saat itu di luar rumah masih hujan dengan sangat deras disertai guruh dan kilat yang sambar-menyambar, dan sang ibu memanggil anak-anaknya dan menyuruh mereka untuk mengantarkan kue-kue dagangan itu ke warung-warung yang biasa mereka titipkan untuk dijual. Sang ibu menekankan bahwa kue-kue itu harus segera dikirim. Anak yang pertama berkata dan memberikan alasan, "Bu, di luar masih hujan, aku tidak bisa pergi dan mengantarkannya saat ini." Datanglah anak yang kedua juga berkata dan beralasan, "Bu, aku lagi mengerjakan PR dan harus selesai sore ini." Si bungsu diam-diam mengambil mantel dan berkata sambil tersenyum, "Bu, biarlah saya yang akan mengantarkan semua kue-kue dagangan ibu ke warung-warung langganan kita." Sahut ibunya, "Sabar nak, di luar masih hujan." Si bungsu mengambil semua kue-kue itu, lalu pergi mengantarkannya ke semua warung langganan, meskipun hari masih hujan. ---o0o--- Seringkali kita berkata kepada orang tua kita, "Ayah, Ibu..., aku mengasihi dan menyayangi kalian semua." Tetapi itu hanyalah ucapan yang keluar dari mulut, dan bukan dari dasar hati yang terdalam. Dalam kenyataan, ucapan kita cenderung seperti anak yang pertama dan kedua di saat kita menyatakan kasih dan sayangnya kepada orang tua dan sesama kita. Sebenarnya kita tidak perlu mengucapkan kata-kata manis untuk mengungkapkan bahwa kita mengasihi dan menyayangi orang tua dan sesama kita, melainkan melalui sikap dan tindakan nyata yang benar-benar tulus. Bahkan sering kali kitapun berkata-kata kepada Tuhan, "Tuhan saya mengasihi dan menyayangiMu......", namun kita hanya berkata-kata saja tanpa dengan tulus hati mengasihi dan menyayangiNya,...tanpa mewujudkannya melalu perbuatan kita...... Ayo kita harus bisa menjadi seperti anak bungsu pada cerita illustrasi diatas... Dan untuk melengkapi semua uraian ini, saya akan menambahkan lagi dengan sebuah ungkapan : "Bila anda sudah mengasihi dan menyayangi, jangan diikuti dengan menyakiti, bila ini terjadi maka anda termasuk kelompok orang orang yang gagal" Penjelasan dari ungkapan di atas adalah, Bila anda sudah memberikan kasih dan sayang kepada seseorang, dan anda juga melakukan tindakan menyakiti hati dan perasaan orang itu dan orang itu menjadi sakit hati dan kecewa, maka semua yang sudah anda berikan dan sudah anda lakukan adalah sia sia belaka, dan anda masuk kepada kelompok orang orang yang gagal dalam membina sebuah hubungan. Saya kira sekian dahulu tulisan sharing-an saya kali ini, dan saya tidak bermaksud untuk menggurui/mengajari para pembaca, hanya bertujuan untuk saling berbagi atas sebuah pemikiran saja, mohon maaf bila ada kalimat dan kata kata yang kurang berkenan, kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan semua kesalahan pastilah datangnya dari saya pribadi. Semoga tulisan ini akan mendatangkan manfaat buat kita semua dan khususnya buat saya pribadi, sebagai sebuah refleksi/cerminan dalam kehidupan kita. Salam sehat dari kami, Dr. Anugra Martyanto.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun