Mohon tunggu...
Anugerah Rimdhany Fauzan
Anugerah Rimdhany Fauzan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

menyukai petualangan / Hiking

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Masih adakah Bias Gender di Sekitar Kita? Bias Gender Pada Iklan di Media Sosial

9 Januari 2024   02:32 Diperbarui: 9 Januari 2024   03:20 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Surabaya (08/01/2024) - Perkenalkan saya Anugerah Rimdhany Fauzan, mahasiswa program studi ilmu komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Artikel ini dibuat untuk memenuhi tugas EAS mata kuliah Komunikasi dan Gender dengan dosen pengampu Dr. Merry Fridha Tripalupi., M.Si. Disini akan memaparkan tentang bias gender berdasarkan dengan apa yang telah didapatkan selama kegiatan perkuliahan.

Bias Gender merujuk pada suatu ketidakadilan atau diskriminasi yang muncul akibat adanya perbedaan perlakuan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan yang salah satunya dapat kita temukan pada tampilan iklan suatu produk. Bias gender dapat muncul dalam bentuk marginalisasi, subordinasi, stereotip, kekerasan, dan beban kerja. Bias gender dapat mengakibatkan ketimpangan, ketidakadilan, dan kesulitan mencapai kesetaraan gender.

Dalam kemajuan teknologi saat ini, salah satu bentuk bias gender yang jarang kita sadari adalah bias gender yang ada pada sebuah iklan. Dengan semakin berkembangnya teknologi saat ini media untuk beriklan sangatlah bervariasi menyesuaikan dengan perkembangan zaman, di mana pada era digital yang sangat populer adalah melalui media online. Salah satu iklan pada media online adalah iklan di youtube. Youtube sendiri menjadi platform media online yang biasa menjadi media iklan karena memiliki jangkauan yang luas dan memberikan ruang untuk menampilkan visual video yang menarik.

Salah satu contoh iklan di youtube yang terdapat  adanya unsur bias gender adalah pada iklan sabun cuci piring Sunlight. Dalam iklan sabun cuci piring  sunlight tersebut menampilkan sebuah video dimana didalamnya terdapat dialog yang menyatakan mengajak ibu-ibu untuk menggunakan sunlight, yang ditunjukkan dengan adanya kalimat "Ayo bu beli sunlight tanda khusus" serta menampilkan video dimana seorang perempuan yang mencuci piring dan menyiapkan makanan untuk anak dan suaminya, sedangkan laki-laki bekerja yang ditunjukkan  dengan pakaian rapi yang digunakan.

(screenshot youtube BLP)
(screenshot youtube BLP)

Dalam iklan tersebut menggambarkan konstruksi budaya yang mengarah pada peran laki-laki dan perempuan, di mana merujuk pada peran perempuan adalah mengurus rumah yang salah satunya mencuci piring, sedangkan peran sang suami adalah bekerja di kantor. Padahal perempuan juga memiliki hak yang sama untuk bekerja di kantor, dan laki-laki juga diperbolehkan untuk mengurus rumah atau mencuci piring.

Hal tersebut sangat memungkinkan untuk memperkuat stereotip gender yang ada serta  dapat memengaruhi  penonton di mana secara tidak langsung menunjukkan peran perempuan yang menjadi pelaku pekerjaan di rumah (ranah domestik) sementara laki-laki bekerja di kantor. Iklan dapat membangun konstruksi budaya pada masyarakat dan hal ini dapat memengaruhi dan menggiring prespektif publik tentang peran laki-laki dan perempuan dalam kehidupan.

Dalam hal ini dapat dianalisis menggunakan Teori Standpoint. Teori Standpoint menekankan bahwa pengalaman hidup seseorang dapat memengaruhi pemahaman dan persepsi merekaa terhadap dunia. Pada konsep standpoint kita dapat menyoroti  pembagian pekerjaan berdasarkan jenis kelamin, dimana perempuan diposisikan hanya sebagai pekerja domestik, sehingga tidak ada kesetaraan gender. Padalah Laki-laki dan perempuan memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam mengejar aspirasi mereka dan mengembangkan potensi mereka tanpa terhalang oleh stereotip.

Dengan adanya hal tersebut di mana masih kita temui dalam kehidupan sehari-hari yang terkadang tanpa kita sadari merupakan sebuah bias gender,  Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya bias gender sebagai masyarakat atau publik yang dapat dilakukan diantaranya adalah memperhatikan representasi gender dengan seimbang antara laki-laki dan perempuan dan menghindari penggambaran yang menyudutkan salah satu gender dalam suatu aspek kehidupan, serta lebih mengedukasi diri untuk terus belajar dan memperbarui pengetahuan tentang isu-isu gender yang ada sehingga dapat menciptakan iklan yang mencerminkan kesetaraan dalam keberagaman serta mendukung perkembangan sosial yang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun