Di dunia ini semuanya serba biner, serba memiliki lawan. Bila ada baik pasti didampingi oleh jahat, bila terdapat panas maka akan hadir pula dingin, kanan bersinggungan dengan kiri, hitam-putih, tua-muda, lapang-sempit. Oke-oke, tak ada habisnya bila menyebutkan semua kata biner di dunia ini, cukup beberapa saja dan anda pasti sudah mengerti.
Dan demikian pula dengan optimis, pasti turut menyertai pula rasa pesimis yang merambat. Saya yakin pasti ribuan motivator manapun didunia pasti mendoktrin kita dengan injeksi kata “optimis”. Yakin dengan seyakin-yakinnya mereka pasti berkata “Optimislah dalam hidup, optimislah dalam memulai bisnis, optimislah target yang anda inginkan tercapai, optimislah bla…bla…blaaa. Berani taruhan es kopyor kalau sampai ada motivator yang menyuruh audience untuk pesimis, mengatakan bahwa pesimis itu harus, bisa ditinggal peserta kalau gitu. ya es kopyor saja ya, karena uang saya tinggal delapan ribu nih, hehehe.
Tapi sesungguhnya perlu diketahui, bahwa pesimis itu adalah komplementer abadi bagi optimis. Saya yakin dunia ini akan lebur sebelum kiamat kalau rasa pesimis dilarang mendampingi optimis. Dan hanya manusia sombong saja yang berkata bahwa di dalam pikirannya hanya ada optimis dan tak satupun titik debu peismis yang hinggap. Belum percaya, atau anda sudah tak sabar mau meninggalkan tulisan saya ini.
Oke begini saja gampangannya. Seoptimis apapun kita ketika menjalani tes SNMPTN atau tes masuk perguruan tinggi pasti terdapat sisi pesimis didalam keoptimisan kita itu. Nggak percaya? Disini letaknya, katanya anda optimis 100% bakalan diterima di jurusan arsitektur UI misalnya dan anda menempatkan arsitektur UI di pilihan nomor satu pada form pendaftaran, kalau anda benar-benar optimis kenapa pilihan kedua diisi juga, misalnya diisi dengan jurusan manajemen Unpad dengan alasan untuk berjaga-jaga seandainya pilihan pertama tidak tembus. Nah, ketika anda mengisi kotak pilihan kedua inilah yang disebut ungkapan pesimis.
Tommie Andrews memang merasa optimis 99 kapal Titanic rancangannya adalah kapal yang kuat dan tak mungkin ambruk diterjang apapun. Tapi kalau dia optimis mengapa dia tetap menempatkan ruang dek untuk sekoci didalam kapal rancangannya itu. Toh, sekoci kan fungsinya adalah ketika kapal dalam keadaandarurat dan ketika kapal dalam kondisi “tak sehat”. Nah, penempatan dek sekoci inilah yang disebut sisi pesimis dari sebuah semesta keoptimisan.
Produsen Ford optimis gacoan Ford Fusionnya adalah kendaraan kelas menengah yang ciamik dan kompatibel. Tapi disela keoptimisan itu menyelip pula selimut pesimis darinya, yakni Ford melengkapi produkrilisannya itu dengan fitur kemanan drowsy driver monitoring atau yang memonitor apakah pengemudi layak menyetir atau tidak.
Nah, ketiga contoh diatas adalah contoh sisi pesimis yang kerap hadir disela kita menghamburkan sikap optimis. Saat tes SNMPTN kita memang merasa optimis bakal tembus pilihan pertama, tapi nyatanya kita tetap mengisi pilihan kedua yang dimana pilihan kedua ini adalah wujud dari rasa pesimis kita, pesimis kalau kita nantinya bisa tembus arsitektur UIdan rasa pesimis inilah yang disebut “antisipasi”.
Ketika Tommie Andrews mendesain bagian dek kapal untuk sekoci, itulah yang dinamakan perasaan pesimis, pesimis kalau kapal ini akan tak mungkin kecelakaan yang terwujud dalam sikap yang disebut “keamanan”. Demikian pula halnya dengan Ford yang tetap diselubungi rasa pesimis terutama rasa pesimis kepada konsumennya yang terealisasi melalui sistem keamanannya itu.Pesimis kalau semua konsumennya adalah konsumen yang baik-baik dan taat peraturan sata mengemudi. Apakah bukan pesimis itu namanya. Itu semua merupakan rasa pesimis? Hanya kita tak menyadarinya sebagai pesimis, tapi menganggapnya sebagai antisipasi atau istilah-istilah lain yang dibuat agar tak tampak pesimis.
Nah maka dari itu janganlah selalu mendiskreditkan sisi pesimis. Sisi pesimis adalah sisi penyelamat dari sisi optimis. Sisi pesimis adalah objek lemah, sisi tak berdaya yang menjadi pengingat dan penawar dari kesombongan sisi optimis yang kuat dan egois. Dimana ketika sisi optimis menonjolkan diri berdiri tegak dalam seutas tali tipis dan merasa dirinya tak mungkin rubuh, maka sisi pesimis telah menyiapkan bantalan kapuk dibawahnya tanpa sepengetahuannya. Dimana sisi optimis menyombongkan diri dan bersumbar bahwa dirinya tak mungkin karam saat berlayar di lautan lepas maka sisi pesimis telah menyiapkan satu set peralatan pelampung dan sebuah rakit darurat, disaat sang optimis percaya diri dengan pesawat terbangnya yang handal dan kuat maka diam-diam sisi pesimis menyelipkan tas parasut disampingnya.
Jadi pesimis itu perlu sebagai penawar keyakinan kita yang terlampau berlebihan. Dan rasa pesimis tersebut bukan diarahkan kepada pematah rasa optimis, tapi lebih ke penyelamat dan pelengkap. Dan rasa pesimis tersebut harus diungkapkan dengan cara yang elegan yang disebut dengan langkah antisipatif. Karena hidup adalah ladang bagi kegagalan disamping keberhasilan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H