Oleh : ANUGERAH OETSMAN
Karena burung tak berdiam diri menanti rezeki Karena semut tak hanya berkerumun dan melamun Karenanya aku tak mau berpangku tangan, berpanjang angan Kepada padi yang menjuntai semangatku menuai
Tapak kaki yang tebal berjalan menyusuri setapak Caping lebar bertengger di kepala lindungi muka yang ceking Cangkul di pundak menenteng bekal dalam bakul
Pada hujan yang melimpah tanahku terberkahi Sirami padi, siramlah biarkan tumbuh melambai Walau terik matahari kerja pantang surut dan lari Merapah sawah, membasmi hama yang menghantui
Hiruk pikuk negeri tentang korupsi, tentang penjara dan politisi Jangan meracuni, hidupku biarlah begini… aku tak mau terkontaminasi Burung yang berkicau, sungai yang teduh, jadi teman sejati… alami Dan orang-orangan sawah jadi mainan yang sangat berarti
Kepada padi yang menjuntai semangatku menuai Panen tiba musim berganti, berharap untung kali ini tak lagi gigit jari Saatnya menikmati jerih letih, menanti musim tanam datang kembali
Karena burung tak berdiam diri menanti rezeki Karena semut tak hanya berkerumun dan melamun Karenanya aku tak mau berpangku tangan, berpanjang angan Kepada padi yang menjuntai semangatku menuai
***
Bulukumba, 17 Mei 2014 Saatnya Panen
Sumber Illustrasi :Â Di sini
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI