Oleh : ANUGERAH OETSMAN
***
E aule
Kembali ke kota Daeng
Sejuk anging mammiri mengayun malam
Dan lampu-lampu mencumbu kota
Sepanjang malam bergairah
Kucing-kucing terbius berahi
Mengeong tak henti merayu
“jangan ada yang tidur!”
E aule
Geliat kota Daeng
Sayap-sayap kantuk terpatahkan akhirnya
Terhempas di lantai diskotik
Tersangkut di pohon pelindung taman kota
Terjatuh dan terlindas di pelataran parkir warung coto begadang
Menjadi saksi celoteh kawula di warung-warung kopi
Atau hanyut tersapu ombak Losari
E aule
Terang tak lagi sembunyikan pujaan
Terlihatlah cinta yang tersenyum
Tenggelamlah ia selayak sayap yang karam di laut Makassar
Riuh rendah lalu lalang kendaraan
Dan bising suara mesin gerinda pengasah batu mulia
Jadilah ia penghalang desah rintih kucing yang kawin
Bahkan langit pun tak mendengar
E aule
Anging mammiri masih mengalun sepoi
Mengisi tinta pada pena malam
Mengukir cerita tentang kesaksian purnama
Yang akan menyala sampai terbit pagi
Gelap tak lagi
Mungkin itulah yang dicari
E aule…..
***
Makassar, 03 04 2015
Sumber Illustrasi : Di sini
Catatan :
E aule : (Bhs.Makassar) = kata seru seperti wahai, amboi
Anging mammiri : (Bhs.Makassar) = Angin bertiup
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H