ANTARA BULUKUMBA DAN SELAYAR
Mudik identik dengan perjalanan pulang ke kampung halaman untuk bertemu dan berkumpul dengan sanak saudara menjelang lebaran, biasanya pemudik berangkat dari kota tempatnya mencari nafkah, tempat tinggalnya membina rumah tangga, tempat hidup mengadu nasib di kota ataupun berangkat dari tempat perantauan nun jauh di negeri orang. Seperti pada lebaran tahun ini, puncak mudik lebaran terjadi pada H-1, tepatnya pada hari minggu tanggal 27 Juli 2014 di hampir semua tempat pemberangkatan, baik melalui jalur darat, laut dan udara (stasiun, terminal, bandar udara dan pelabuhan laut).
Lebaran tahun ini, saya ikut bersama orangtua di Bulukumba dan sesuai kesepakatan keluarga diputuskan untuk berangkat ke Selayar mengunjungi nenek di sana sehari setelah Idul Fitri, tepatnya pada Selasa tanggal 29 Juli 2014. Perjalanan ini tetap saya namakan mudik, meskipun dilaksanakan setelah lebaran. Segala hal yang diperlukan untuk keperluan mudik dipersiapkan sejak malamnya, pakaian, kesiapan kendaraan, cemilan dan kebutuhan anak-anak. Pagi harinya sekitar pukul tujuh saat matahari baru saja menampakkan diri, saya dan keluarga meninggalkan rumah dengan sebuah mobil menuju pelabuhan Bira tempat penyeberangan ke Pulau Selayar.
Perjalanan menuju Bira menempuh jarak sekitar 12 km.Sepanjang perjalanan menuju desa Bira akan terlihat rumah-rumah penduduk kota pesisir Tana Beru dan lalu lalang kendaraan dari dan menuju Bira. Kendaraan itu mungkin saja pemudik atau wisatawan yang berkunjung ke Bira, musim liburan seperti ini Pantai Pasir Putih Bira selalu ramai dikunjungi warga baik dari Bulukumba, maupun yang datang dari daerah lain.Pesona wisata sudah mulai terlihat saat memasuki desa Bira.Matahari yang memancar seperti menyinari keindahan pantai Bira di kejauhan dan beberapa perahu pinisi yang masih dalam pekerjaan melengkapi pesona mudik pagi itu.
[caption id="attachment_350358" align="aligncenter" width="640" caption="Kendaraan yang menuju ke Bira, nampak di kejauhan terlihat laut Bira"][/caption]
[caption id="attachment_350359" align="aligncenter" width="640" caption="Lokasi pembuatan perahu pinisi di pesisir pantai Bira"]
![1406804071365008699](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1406804071365008699.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Sekitar pukul delapan, kami tiba di pelabuhan Bira, rupanya sudah banyak kendaraan yang sedang mengantri di jalan masuk ke dermaga. Namanya juga mudik, pasti ramai baik itu kendaraan maupun penumpangnya. Beli tiketnya sampai harus antrian padat di depan loket.
[caption id="attachment_350360" align="aligncenter" width="640" caption="Suasana dermaga dilihat dari ketinggian"]
![1406804453394179753](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1406804453394179753.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
[caption id="attachment_350361" align="aligncenter" width="640" caption="Gerbang masuk ke dermaga"]
![14068046331660659118](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14068046331660659118.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
[caption id="attachment_350392" align="aligncenter" width="640" caption="Antrian penumpang di loket pembelian tiket"]
![1406811747547862892](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1406811747547862892.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Setelah urusan beli tiket selesai, kami diperbolehkan masuk ke dermaga. Sebelum masuk ke kapal masih harus antri lagi untuk pemeriksaan tiket oleh petugas. O ya, di dermaga terlihat ada dua kapal yang sedang berlabuh. KMP. Sangke Palangga dan KMP. Kormomolin. KMP. Sangke Palangga adalah kapal angkut penumpang untuk rute Bulukumba-Nusa Tenggara Timur (NTT), namun di saat musim mudik lebaran seperti ini dan untuk antisipasi lonjakan penumpang arus balik, Sangke Palangga menjadi armada tambahan untuk pelayaran Bulukumba-Selayar-Bulukumba.
[caption id="attachment_350397" align="aligncenter" width="648" caption="Kapal-kapal yang berlabuh di dermaga Bira"]
![1406812727173165993](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1406812727173165993.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
[caption id="attachment_350398" align="aligncenter" width="648" caption="KMP. Kormomolin"]
![1406812800685212999](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1406812800685212999.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
[caption id="attachment_350399" align="aligncenter" width="648" caption="KMP. Sangke Palangga"]
![14068128681426115274](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14068128681426115274.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Ternyata penumpang yang mau ke Selayar banyak juga, bahkan menurut kabar ada tiga kali pemberangkatan pada hari ini dengan dua kapal angkut, KMP Bontoharu dan KMP Kormomolin. Di KMP. Kormomolin tempat saya menumpang nampak padat, terlihat di geladak kendaraan ada sekitar dua puluh sembilan kendaraan roda empat ukuran sedang (truk dan mobil bus rupanya tidak dimuat di pelayaran ini) dan seratusan kendaraan roda dua berjejal terparkir rapat hingga hampir tak ada lagi ruang untuk berjalan di ruang parkir kendaraan itu.
[caption id="attachment_350372" align="aligncenter" width="640" caption="Area parkiran kendaraan (terlihat di salah satu mobil, brand Jokowi JK masih nempel padahal pemilu sudah usai... hehehe) "]
![14068068741684543661](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14068068741684543661.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)