Menurut saya, pertanyaannya bukan penting atau tidak penting tapi ada manfaatnya atau tidak. Itu menurut saya lebih pas. Itu menurut saya, dari kacamata saya. Sebab jika pertanyaanny penting atau tidak penting, itu sudah jelas. Apalagi pertanyaannya ditujukan untuk lembaga, sudah pasti jawabannya template. Penting, dong. Ya penting, lah. Penting banget. Berikut dengan bangunan argumennya yang sudah pasti tidak akan bisa saya bantah. Tapi sudah kadung saya tulis di judul, ya...biarlah begitu.
Tapi jika memang itu pertanyaannya dan ditujukan ke individu tentu jawabannnya beragam. Bagi saya penting, bahkan penting banget. Untuk menjawab itu tentu saja saya juga harus menginventarisasi argumen-argumen apa yang perlu saya siapkan untuk mendukung pernyataan saya itu. Karena bukan untuk kepentingan laporan resmi, jadi argumen yang saya sampaikan sesuai dengan apa yang saya rasakan sendiri. Tidak per poin dan tidak runut, sesuai dengan yang apa sedang melintas di pikiran saat saya menulis ini. Kalau boleh menawar, saya akan melihat dari sisi kebermanfaatannya saja.
PKDP itu kepanjangan dari Penguatan Kapasitas Dosen Pemula. Itu program dari Kemenag yang bekerjasama dengan LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan). Kalau di Kemendikbud program itu namanya PEKERTI (Peningkatan Keterampilan Dasar Teknik Intruksional). PKDP tujuannya sangat jelas yakni untuk meningkatkan professionalitas, paedagogik, kepribadian, dan kompetensi sosial para dosen. Meningkatkan kualitas tugas utama sebagai dosen dalam pendidikan dan pengajaran, penelitian dan publikasi ilmiah, maupun pengabdian kepada masyarakat. Jadwal kegiatannya dimulai 21 Agustus lalu dan berakhir tadi sore 31 Oktober 2023.
Seminggu pertama, selama enam hari PKDP  berlangsung dengan pembelajaran luring di Hotel Santika Premiere Bandara Palembang. Dari pagi pukul 07.00 WIB teng, sampai dengan pukul 21.30 WIB. Saya tak perlu panjang lebar menjelaskan detailnya, silakan dibayangkan sendiri sebab begitu masuk kamar langsung wesss...bablas. Kegiatan  selebihnya, setelah satu minggu itu hingga tadi sore, pembelajarannya daring via zoom meeting dari tempatnya masing-masing.Â
Saya masuk di angkatan 3 jumlahnya 40 orang. Kegiatan PKDP yang kemarin itu dua angkatan sekaligus, angkatan 3 dan 4. Masing-masing angkatan dibagi lagi perkelas. Satu kelas isinya 10 orang. Saya di kelas 3 B. Ada Pak Baldi UIN Raden Fatah Palembang, Pak Hermanto UIN RIL Lampung, Pak Abas UIN Fatmawati Bengkulu, Pak Muhaditsir IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Pak Ardianto, Pak Candra Gunawan dan Bu Dewi Lidya STT REAL Batam, Pak Agustinus Sugeng Santoso dan Bu Esther STT Ekumene Jakarta. Sengaja saya tulis semua biar tidak lupa. Dari asal daerah mereka saja kebermanfaatan PKDP sudah terasa, saya jadi punya cantolan ketika suatu saat saya berkesempatan hadir di daerah-daerah itu. Tapi nggak tahu kapan makanya saya tulis 'suatu saat'.Â
Dalam hal ini, kegiatan PKDP maksudnya, saya harus berterimakasih kepada yang membuat aplikasi zoom. Ada begitu banyak dan panjang alasan untuk berterimakasih kepadanya. Sebagai sesama penghuni bumi, "terimakasih buanyak Mas e."
Meskipun judulnya Dosen Pemula, pesertanya tidak hanya dosen muda kinyis-kinyis. Tapi tak sedikit pula dosen tua bahkan beberapa di antaranya menuju manula. Karena Pemula yang dimaksud tidak berkaitan dengan umur maupun usia kerja.Â
Dosen Pemula yang dimaksud adalah dosen yang belum tersertifikasi. Nah, karena itu nantinya sertipikat PKDP ini menjadi tiket, menjadi salah satu syarat untuk bisa ikut daftar program sertifikasi dosen. Kabarnya sih, setelah PKDP, program sertifikasi dosen akan segera dimulai. Tunggu saja jadwal resminya turun yang penting sudah yakin akan punya tiket. Harapannya semua lulus karena seluruh tahapannya yang penuh dengan tugas itu, sudah kami lalui dengan baik dan benar tanpa ada ketentuan, hukum, dan undang-undang yang kami langgar.
Materi sekaligus menjadi tugas dalam kegiatan PKDP mulai dari menyusun RPS yang berbasis OBE (Outcome-Based Education) sampai bikin artikel untuk jurnal. Â OBE ini menurut materi yang diberikan dan sepemahaman saya adalah pendidikan yang berbasis outcome atau capaian, fokusnya adalah kegiatan mahasiswa. Karenanya dalam menyusun RPS mata kuliah harus dimulai dengan menetapkan apa yang harus dicapai oleh mahasiswa, bagaimana cara mahasiswa mencapai outcome itu. Instrumen pengukurannya juga harus detail item per-item. Pembobotan penilaian juga kudu jelas. Instrumen penilaian dari outcome yang dituju semua harus jelas dan terencana secara detail.
Tugas ini bagi dosen yang berlatarbelakang tarbiyah atau ilmu keguruan tentu sudah menjadi kegiatan yang common sense, tugas biasa. Tinggal pendetailan saja. Tapi tidak demikian bagi dosen yang berlatarbelakang bukan ilmu keguruan. Mereka harus mulai dulu dari definisi istilah-istilah yang ada dalam RPS seperti CPL, CPMK, Sub-CPMK dan sebagainya. Bukan tidak tahu hanya tidak populer di telinga mereka karena istilah-istilah itu jarang hadir dalam keseharian tugasnya.