Mohon tunggu...
Ervy R
Ervy R Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Sesejuk Embun Pagi dan Sehangat Mentari | ervyanti.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Malam Minggu Terakhir

10 November 2012   15:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:39 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hadeuuhh... baca judulnya koq kaya gimanaa gitu.. kaya perpisahan aja pemirsa (lebay). Malam ini ternyata sudah malam minggu lagi yah? ahhaa...tidak terasa ini malam minggu terakhirku di kota tempat berpetualang (jiaaahh...). okey kembali ke topik. Jadi sebenarnya malam ini adalah malam terakhirku di kota Bitung. Kota tempatku menyelesaikan misi terakhir dari sebuah agen perusahaan (koq kaya Mission Imposible aja....). Kota Bitung adalah kota persinggahan terakhir dari dua kota sebelumnya yaitu Kota Gorontalo dan Kota manado. Jadi kurang lebih dua bulan ini melanglang buana dikampung orang demi mencari sesuap nasi dan sebongkah berlian.. eits, kaya lagu Wali aja.

Dalam perjalanan ini saya mendapatkan banyak pelajaran hidup dalam bersosialisasi dengan orang lain. Banyak ragam, karakter, suku dan agama yang kutemui. Satu hal yang sangat membekas dalam ingatanku saat naik angkot dan ditanya oleh supir angkot tersebut. “Mbak, orang Makassar yah?” tanya supir tersebut. “Iya pak” jawabku seadanya. Mungkin dia tau setelah mendengar dialekku yang memang kental dengan ciri khas Makassar.

Supir tersebut berbincang-bincang dengan saya selama perjalanan menuju kantor tempatku ditugaskan. Dalam pandangannya bahwa kultur kekerasan yang ada di Makassar sudah seharusnya berubah, tidak lagi bermain dengan menggunakan otot tapi dengan otak. Dia menyayangkan tindakan brutal tawuran antar Mahasiswa yang nota bene dari almamater yang sama, kemudian demo anarkis yang selalu mewarnai kampus jika ada perayaan hari-hari bersejarah di Indonesia. Menurut supir tersebut yang asli Manado bahwa satu hal yang membuat Manado selalu jauh dari aksi tawuran antar suku, agama maupun ras adalah adanya prinsip “Kitorang Samua Basudara”. Jadi meskipun berbeda-beda tapi  semua adalah saudara, jika bersaudara maka tidak akan ada niat untuk saling menyerang dan menyakiti. Dalam sudut pandang supir tersebut Kota Manado yang mempunyai banyak ragam kultur tapi sudah tidak lagi memandang hal-hal kecil untuk menjadi pemicu permasalahan. Hmm... tidak terasa sampai pulalah di kantor. Di kantorpun demikian karena tahu saya adalah muslim maka teman-teman (mayoritas non-muslim) menunjukkan tempat makan yang halal untuk orang muslim. Mungkin ini adalah pertama kalinya bagi saya berinteraksi langsung dengan mereka yang non-muslim, tapi saya sepakat dengan kata supir angkot tersebut bahwa semua adalah saudara, tidak memandang apapun latar belakangnya. Prinsip Kitorang Basudara inilah yang menjadi spirit dan menyebabkan Kota Manado selalu damai.

Okey, sekian dulu ceritanya yah, soalnya mau packing neh, besok sudah harus pulang menuju Kota Makassar. Met malam minggu yah sobat kompasianer...

Ps: Satu pembelajaran bahwa jika kita menjunjung tinggi persaudaraan dan menyelesaikan masalah dengan kekeluargaan maka tidak akan ada pertumpahan darah dan korban.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun