Kemanaaa...kemanaa.. kemaanaa, Kuharuuss mencarii dimaanaa... Leon meniru nyanyian Ayu Ting Ting yang lagi ngetrend di TV..
“Neng Dhenok kemana lagi atuh akang harus mencari dirimu? Ditelepon tapi salah sambung” ucap Leon sedih sambil menatap foto Dhenok yang terpajang di wallpaper Hpnya.
Enam bulan yang lalu Dhenok pergi tanpa pesan setelah melihat Leon asyik berduaan dengan seorang gadis di sudut perpustakaan kampusnya. Gosip yang merebak diseluruh penjuru Fakultas bahwa Leon sedang dekat dengan salah seorang mahasiswa baru awalnya tidak mengubah sedikitpun kepercayaan Dhenok akan kesetiaan Leon sang kekasih hati. Dia percaya bahwa cinta kasih yang telah mereka jalin tidak mudah goyah hanya karena pihak ketiga.
Tapi lama kelamaan sikap Leon yang mulai cuek dan sibuk di kampus membuat Dhenok makin bertanya-tanya. Hingga suatu sore secara tidak sengaja Dhenok mendengar percakapan Leon dan seorang gadis dibalik pintu perpustakaan.
“Kang, apa sih yang membuat akang mencintai Dhenok? Bukankah parasnya itu biasa-biasa saja? Akang yang tampangnya secakep Lee Min Ho harusnya bisa mendapatkan gadis yang lebih dibanding Dhenok” suara gadis itu terdengar sangat manja bertanya pada Leon
“Neng, sebenarnya sayangku pada Dhenok tidak pernah menggebu-gebu seperti perasaanku padamu. Akan tetapi sangat berat juga jika tiba-tiba aku memutuskan Dhenok tanpa masalah apa-apa” ucap Leon berusaha meyakinkan.
“okeylah kang, Neng akan menunggu hingga akang bener-bener putus dari Dhenok”
Dhenok yang berada dibalik pintu sangat terpukul mendengar pengakuan Leon. “Ternyata playboy tetaplah playboy gak pernah berubah, menyesal aku telah memberi ruang untukmu dihatiku kang” batin Dhenok sambil berlari meninggalkan perpustakaan menyisakan sesak didada.
Suara langkah kaki yang bersahutan didepan pintu mengundang tanda tanya bagi Leon, memaksanya beranjak dari tempat duduk dan melihat sepanjang koridor perpustakaan.
“Gawat... itu kan Dhenok. Hadeeuhh... jangan-jangan dia telah mendengar semuanya” dengan wajah pucat Leon berlari mengejar Dhenok. Tapi Dhenok yang mempunyai badan ramping dengan sigap berlari ketempat parkir tanpa peduli teriakan Leon dibelakangnya. Belum sempat Dhenok menancap gas, sepasang tangan yang sudah dikenalnya telah merengkuhnya dalam pelukan yang hangat.
“Neng, dengerin dulu penjelasan akang. Yang Neng denger teh tidak semuanya bener. Plizz... jangan pergi dulu atuh sayang” pelukan erat Leon perlahan-lahan melonggar dan meraih pundak Dhenok.
“ Sayang?? Jangan pernah ucapin kata sayang terhadapku lagi Kang, ternyata selama ini kau sudah bermain hati dibelakangku. Kurang apa aku dibanding wanita itu? Hah...” bulir-bulir bening yang mendesak dibalik kelompak mata Dhenok perlahan tumpah mengalir bak anak sungai diatas pipinya yang mulai merah tersulut emosi.
“Akang tidak tahu kan, mengapa saat itu Dhenok sangat susah untuk menerima Kang Leon, sebagai kekasih Dhenok. Itu karena sebelumnya pernah ada seseorang yang menduakan Dhenok juga. Sekarang akang berbuat hal yang sama. Sudahlah kang, kita akhiri saja semuanya, tak perlu lagi dijelasin satu-satu. Banyak yang lebih cantik dari Dhenok. Bukankah itu keinginan akang sendiri untuk bisa putus, terus menjalin kasih dengan mahasiswa baru itu. Minggir...”
Mulut leon seperti terkunci rapat dan tak mampu berucap apa-apa. Leon sudah tahu jika Dhenok marah tak ada gunanya menjelaskan apa-apa.
Pidiip...pidiip... suara SMS menyadarkan Leon dari lamunannya.
“Hay.. Leon pha kabar? Aku lagi di bandung neh, ke rumahku donk. Dah lama neh kita tidak ngerujak bareng. Kamu kangen aku kan. Aku tunggu lho. Soalnya minggu depan udah harus balik ke Desa Rangkat neh.. “
Sender: Cupi
Leon terlonjak dari tempat tidurnya. Ahhaa... kenapa tidak tanya ma Cupi aja yah tentang kabarnya Dhenok. Bagaikan mendapatkan durian runtuh, Leon segera ke kamar mandi dan siap-siap menuju ke rumah sobatnya Cupi.
***
Semilir angin yang berhembus dari balik bukit Narasi, membelai wajah Dhenok. Desa Rangkat telah membuai Dhenok, selama di di rangkat ia seakan-akan telah lupa akan masa lalunya yang kelam akibat perselingkuhan Leon. Lelaki yang pernah memberi janji-janji untuk sehidup semati, menjemput impian bersama.
Hufft sudahlah... aku sudah bahagia selama di Rangkat. Ngapain inget-inget yang sudah berlalu, keluh Dhenok sambil beranjak dari bangku taman Danau Rangkat. Sudah waktunya untuk menutup warung. Hikz.... Cupii buruan pulang donk sepi banget neh tanpa dirimu. Gak ada yang cerewet, gak ada yang marah-marah.
(bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H