Mohon tunggu...
antung apriana
antung apriana Mohon Tunggu... ibu bekerja dengan 2 anak

working mom with 2 children, blogger www.ayanapunya.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Serba Serbi Pemilu Era Reformasi

22 Januari 2024   14:19 Diperbarui: 22 Januari 2024   14:31 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 2024 ini bangsa Indonesia kembali mengadakan ajang politik terbesarnya yakni Pemilu 5 tahunan yang merupakan momen pemilihan wakil rakyat dan juga pemimpin bangsa ini. Selama 2 periode sebelumnya, Indonesia dipimpin oleh Jokowi dan untuk tahun 2024 ini dipastikan kita akan memiliki pemimpin baru yang diharapkan bisa membawa kebaikan dan kemajuan bagi bangsa dan negara.

Jika menilik ke 10 tahun ke belakang, bisa dibilang pemilihan presiden di era sekarang lebih seru dan terbuka. Saya ingat saya masih sekolah dulu asas dari Pemilu yang diadakan adalah LUBER yakni Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia. Kemudian saat era reformasi dimulai, maka asas Pemilu ditambahkan 2 kata lagi yakni Jurdil yang merupakan kepanjangan Jujur dan Adil yang digunakan hingga Pemilu 2024 sekarang. 

Bagi saya pribadi, ada banyak hal menarik yang kita dapatkan sejak Pemilu mengalami perubahan dari hanya memilih partai di era Orde Baru menjadi memilih langsung caleg hingga Presiden negeri ini. Saya sendiri pertama kali mengikuti Pemilu di tahun 2004 setelah runtuhnya era Orde Baru. Di tahun 2004 ini Pemilu dilakukan sebanyak 2 kali yakni pemilihan calon legislatif diikuti dengan pemilihan calon presiden secara langsung beberapa bulan berikutnya. Nah, apa saja yang menjadikan Pemilu di era reformasi jadi semakin menarik? Berikut yang bisa saya tuliskan:

Berbagai strategi kampanye untuk memperkenalkan diri 

Di era reformasi masyarakat memiliki banyak pilihan untuk dicoblos mulai dari partai, caleg untuk DPR, caleg untuk DPRD hingga akhirnya calon presiden. Untuk bisa memenangkan diri dalam pemilu, para calon wakil rakyat ini menggunakan berbagai strategi kampanye untuk memperkenalkan diri mereka pada masyarakat. Ada yang melakukan dialog atau diskusi, kerja bakti hingga memanfaatkan fitur live dan media sosial untuk berkomunikasi dengan generasi muda. Semuanya dilakukan untuk memperkenalkan sosok mereka ke masyarakat sehingga bisa jadi bahan pertimbangan saat memilih nanti. 

Debat capres untuk menentukan pemimpin bangsa

Salah satu agenda yang mungkin paling ditunggu dari Pemilu presiden adalah adanya debat dari capres dan cawapres untuk memaparkan visi misi mereka ke masyarakat. Debat ini menjadi salah satu cara bagi masyarakat untuk bisa mengetahui bagaimana kualitas dari paslon yang mendaftar untuk menjadi pemimpin negara ini. 

Debat biasanya terbagi menjadi beberapa bagian yang dimulai dari debat cawapres dan diikuti oleh debat cawapres. Bagi mereka yang setia dan senang menonton perdebatan, ada banyak hal yang mungkin bisa didapat dari acara debat ini salah satunya melihat bagaimana reaksi seorang calon pemimpin saat berada di bawah tekanan debat. 

Fenomena buzzer dan relawan di masa Pemilu

Jika bicara tentang buzzer, saya jadi ingat salah satu film Indonesia berjudul Republik Twitter yang berkisah tentang seorang pemuda yang berprofesi sebagai buzzer di twitter. Film yang tayang di tahun 2012 ini adalah film yang pertama kali membuka mata saya tentang dunia buzzer yang mungkin sekarang sudah bukan hal baru lagi kita temukan saat masa kampanye. Bahkan bisa dibilang beberapa kali saya juga turut serta menjadi buzzer untuk mempromosikan produk dari berbagai klien.

Buzzer sendiri merupakan sebutan untuk mereka yang memanfaatkan akun media sosialnya untuk menyebarluaskan informasi atau mempromosikan atau mengiklankan sebuah produk dari atau jasa dari perusahaan tertentu dan tentunya mendapat bayaran untuk aktivitasnya ini. Buzzer tidak hanya terbatas di bidang politik namun juga bisa untuk berbagai bidang entah itu kampanye kesehatan, peluncuran produk terbaru hingga kegiatan sosial. 

Selain buzzer, ada juga tim sukses dan relawan yang dengan sukarela membantu kampanye dari paslon di berbagai akun media sosial. Bedanya relawan tidak mendapat bayaran khusus atas aksi mereka di media sosial dalam rangka mensosialisasikan paslon yang diusung. 

Di era Pemilu seperti sekarang, keberadaan buzzer dan relawan juga sangatlah terasa signifikan. Ini bisa dilihat bagaimana selama 2 bulan terakhir trending topik di twitter saya isinya tentang Pemilu kampanye dari para paslon. Selain itu setiap debat capres atau cawapres berakhir maka esok paginya kita akan menemukan ratusan tweet terkait capres atau cawapres yang malam sebelumnya tampil. Ada yang berasal dari buzzer ada juga yang memang sejak awal mendeklarasikan diri sebagai tim sukses atau relawan dari salah satu paslon.

Golput, masih adakah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun