Mohon tunggu...
Anto Wiyono
Anto Wiyono Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pimred Tabloid Laundry & Tabloid UKM. CEO Okesip Management. Blogger. Konsultan Brand. Pengembangan Merek. Pengembangan Franchise. Trainer Sales dan Marketing. Desainer Web, Desainer Logo. Suka motret kucing, gemar touring. Hoby: melamun.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mbah Maksum, Menjadi Buruh Gendong Selama Enam Puluh Tahun

30 Juli 2012   17:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:26 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_203671" align="alignnone" width="448" caption="Sosiawan Haqqi El Anshary dan Mbah Maksum"][/caption] Siapapun pasti tak menginginkan garis hidup yang berat. Hampir semua orang bercita-cita mendapatkan masa depan yang layak, enak, nyaman dan berkelas. Setidaknya itulah yang pernah kita ucapkan dulu ketika kita masih kecil dan ditanya tetang cita-cita kelak jika dewasa. Namun jika kemudian jalan hidup tak semudah yang kita harapkan, toh kita tak dapat menolaknya. Termasuk yang dijalani oleh 75 buruh gendong di Pasar Induk Wonosobo selama ini. Buruh gendong yang kesemuanya ibu-ibu berumur ini telah melakoni kehidupan sebagai kuli gendong mengangkut barang belanjaan milik para pengunjung pasar. Salah satunya adalah Mbah Maksum. Seorang perempuan tua renta yang masih setia menjalani profesi sebagai kuli gendong. Ketika ditanya usianya, Mbah Maksum ini mengaku tidak hafal. Dia hanya menceritakan pengalamannya ketika jaman perang dulu, yang menjadikan kami perlu merunut sejarah dan mempersepsikan bahwa usia Mbah Maksum kini sudah delapan puluhan. Seorang anak Mbah Maksum, bernama Mbah Mus juga berprofesi sama dengan Mbah Maksum. Di tempat yang sama, mereka menunggu giliran dipanggil pelanggan untuk mangangkut barang belanjaannya. Mbah Maksum bercerita, sejak Mbah Mus masih berusia balita, dia sudah memulai pekerjaannya sebagai kuli gendong. Mendengar mereka bercerita tentang keluh-kesah saat melayani pelanggan membuat kami harus menahan air mata. Jangankan untuk mendengarnya, untuk melihat wajah mereka saja kami tak sanggup. Hanya semangat juang dan istiqomah mereka yang membuat kami menjadi acung jempol dan terinspirasi. Salah satu dari mereka bercerita, seorang pelanggan yang harus diantar menuju tempat pemberhentian bus yang jarak dari pasar cukup jauh sekitar 500 meter dan hanya dibayar dengan upah duaribu rupiah. Ketika diminta untuk menambah ongkos gendong, justru pelanggan tersebut marah dan mangancam tidak menggunakan jasa mereka esok hari. Tempat tingga merekapun ternyata jauh dari Pasar Induk Wonosobo. Kebanyakan mereka berasal dari desa-desa terpencil. Pukul 4 pagi mereka sudah bergegas menuju pasar dengan menumpang ojeg dari kampung menuju jalan raya, kemudian disambung dengan naik bus menuju ke pasar. Kadangkala jika tidak ada ongkos, mereka menumpang truk sayur yang juga menuju ke pasar. Di pasar, mereka belum tentu mendapatkan pelanggan. Kerapkali jam duabelas siang belum sekalipun menggendong (mendapatkan pelanggan). Dalam sehari terkadang hanya tiga kali menggendong, mendapatkan uang sepuluhribu rupiah. Uang tersebut jika dikurangi untuk ongkos ojeg, bus dan makan siang bisa-bisa hanya tersisa tiga ribu rupiah saja. Jika memang seharian tidak mendapatkan pelanggan satupun, mereka tak sungkan-sungkan untuk meminjam uang ke salah satu pedagang di pasar tersebut untuk sekedar makan atau ongkos pulang ke rumah. Untunglah, di bulan Ramadhan ini ada sekelompok ibu-ibu Muslimat Peduli Perempuan yang telah delapan tahun mengagendakan pemberian makan kepada buruh gendong ini selama bulan puasa. Dengan dibungkus rantang, mereka membawa pulang nasi, lauk dan sayur sebagai bekal berbuka puasa sore harinya di rumah. Mereka cukup senang dengan adanya kegiatan ini. Bahkan mereka tak perlu lagi repot masak sepulang dari pasar. Malah, ada yang menggunakannya sebagai kudapan makan sahur keesokan harinya. [caption id="attachment_203675" align="alignnone" width="533" caption="Buruh gendong sedang mengambil jatah makan untuk berbuka puasa dari sekelompok ibu-ibu Muslimat Peduli Perempuan Wonosobo."]

13436676501648576282
13436676501648576282
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun