Mohon tunggu...
Anto Wiyono
Anto Wiyono Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pimred Tabloid Laundry & Tabloid UKM. CEO Okesip Management. Blogger. Konsultan Brand. Pengembangan Merek. Pengembangan Franchise. Trainer Sales dan Marketing. Desainer Web, Desainer Logo. Suka motret kucing, gemar touring. Hoby: melamun.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Inilah Ani Ida Purwanti, Calon Sarjana Dari Hong Kong

31 Mei 2015   22:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:25 879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari yang lalu kita melihat berita di media massa tentang Darwati (23), seorang pembantu rumah tangga (PRT) asal Desa Gunungan, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Perjuangannya meraih gelar sarjana terbilang sukses. Sebagai seorang pembantu rumah tangga, Darwati mampu menyelesaikan mimpinya menjadi seorang sarjana dengan mengikuti perkuliahan di sebuah universitas di Semarang, Jawa Tengah.

Darwati ingat betul, ia menjadi PRT sejak tanggal 16 Agustus 2010 silam. Sebelumnya, lulusan SMA Muhammadiyah 5 Todanan itu pergi ke Jakarta. Seminggu kemudian, ia balik lagi ke kampung dan ikut orang berjualan es campur selama 3 minggu. Namun sebelum upah dibayarkan, Darwati pindah bekerja sebagai PRT di rumah drg Lely Atasti Bachrudin.

Nah, saat bekerja di rumah dokter itulah keajaiban datang. Di sela pekerjaan, Darwati bergumam ingin kuliah. Rupanya majikannya mendengar. "Beberapa hari setelah itu, bapak (majikan) pulang dari praktik dan bilang kalau bapak saya baru saja menemui dan bilang saya ingin kuliah. Saya diperbolehkan menyambi kuliah," ujar Darwati seperti dikutip dari detikcom di sela acara wisudanya di aula Masjid Agung Jawa Tengah, Kamis (21/5/2015).

Beda Darwati, beda pula Ani Ida Purwanti. Perempuan 32 tahun asal Kabupaten Malang yang kini mengadu nasib di Hong Kong. Perempuan yang kerap dipanggil Ida ini menceritakan kepada kami mengenai kegiatan kuliahnya di Hong Kong di sela-sela pekerjaannya sebagai pembantu rumah tangga.

Ida adalah salah satu buruh migran Indonesia di Hong Kong yang beruntung. Dalam seminggu ia bisa mengikuti perkuliahan hingga tiga kali. “Alhamdulillah, majikan saya baik. Saya bisa sekolah bahkan kuliah sambil bekerja,” ujarnya saat dihubungi Tabloid Laundry.

[caption id="attachment_421601" align="alignnone" width="490" caption="Ani Ida Purwanti"]

14330863842076158445
14330863842076158445
[/caption]


Ida adalah salah satu pembaca Tabloid Laundry yang bermukim di luar negeri. Sejak edisi perdana, Ida sudah mulai berlangganan tabloid kesayangan ini guna menimba ilmu sebagai persiapan kelak jika pulang ke Indonesia. “Saya pengin buka usaha laundry, saya tertarik bisnis ini. Kakak saya juga dulu bekerja di Hong Kong dan sekarang buka usaha laundry di Malang,” ungkapnya.

Ida bekerja di Hong Kong sejak 12 tahun yang lalu. “Sejak pertama bekerja di Hong Kong saya belum pindah majikan,” ujarnya. Tentu saja, hal ini adalah sesuatu yang berbeda dari kebanyakan. Sebab biasanya seorang asisten rumah tangga hanya dua tahun atau satu kali kontrak, paling lama empat tahun.

Sebelumnya Ida juga sempat melanjutkan sekolah SMA di Hong Kong. Selama menempuh pendidikan SMA, Ida tetap bekerja hingga akhirnya lulus dan kini melanjutkan kuliah jurusan Manajemen Bisnis di Saint Mary’s University. Ida masih harus menyelesaikan studinya setidaknya dua tahun lagi untuk lulus sebagai sarjana S1 dengan gelar Bachelor of Science in Entrepreneurial Management (BSEM). Gelar tersebut setara dengan Sarjana Ekonomi atau SE di Indonesia. “Transkrip nilainya bisa dikonversi ke Indonesia dan bisa juga untuk melanjutkan kuliah lagi di Indonesia,” kata Ida. Ida tak sendiri, bersamanya ada sekitar 600-an buruh migran asal Indonesia yang juga kuliah di tempat tersebut.

Untuk menambah uang saku, Ida juga merintis usaha bisnis online, jualan kosmetik dan berjualan pulsa elektrik. Di sela-sela hari libur, Ida selalu memanfaatkan untuk belajar. Seperti diketahui, Hong Kong menerapkan standart yang ketat tentang hari libur. Seorang majikan melarang karyawannya bekerja di hari libur. Biasanya, para pekerja terutama asisten rumah tangga dari Indonesia di Hong Kong berkumpul di Victoria Park atau sebagian menyebut alun-alunnya Hong Kong. “Saya nyaris tidak pernah nongkrong di Victoria Park, Mas. Saya lebih suka belajar atau kegiatan lain yang lebih bermanfaat,” ujarnya.

Setelah kuliahnya selesai Ida berencana mengajukan resign dari pekerjaannya dan pulang ke Indonesia untuk memulai usaha. Bisnis laundry adalah salah satu bisnis yang rencananya akan dijalani oleh Ida sepulang ke Indonesia. [anto]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun