Ketika membaca bahwa turunnya peringkat Ubuntu di distrowatch yang katanya disebabkan karena desktop menggunakan Unity, kemudian Linux Mint yang adalah "anak keturunan" dari Ubuntu mengambil alih pucuk popularitas karena desktop Cinnamon yang mirip Ms.Windows malah membuat saya heran. Sebenarnya masuk akal juga kalau orang awam saat pindah OS lebih suka dengan Linux Mint karena desktop yang ada di Linux Mint menggunakan model desktop tradisional. Desktop tradisional disini memang mengacu pada desktop Windows sebelum Windows 8. Yaitu ada taskbar di bawah kemudian informasi jam, batere, koneksi di sebelah pojok kanan. Sedang pada pojok kiri terdapat menu start yang berisi shortcut - shortcut aplikasi yang telah terinstall di komputer. Dengan Model desktop yang sama dengan Windows diharapkan orang yang mau migrasi dari Windows bajakan ke Linux tidak merasa asing. Namun demikian masih saja banyak orang yang merasa enggan untuk beralih dari Windows bajakan ke Linux gratis. Dengan alasan asing dan susah. Menurut saya itu bukanlah alasan yang bagus. Saya membandingkan dengan penggunaan handphone. Saat dulu handphone yang paling populer adalah Nokia. Orang - orang dengan mudah belajar dan mengeksplorasi menu - menu di handphone Nokia yang berbasis teks yang di dalamnya masih banyak sub menu. Kemudian muncul smartphone symbian yang menunya berbentuk icon - icon dalam layar. Sangat berbeda bukan? Kemudian muncul blackberry yang di homescreen terdapat shortcut dan harus masuk ke halaman aplikasi jika ingin memakai aplikasi yang tidak terdapat shortcut di homescreen. Tentunya berbeda juga bukan walaupun sama - sama berbasis grafis bukan menu model teks lagi? Kembali ke desktop Linux. Di linux kita memang bisa memilih bagaimana tampilan desktop kita. Ada beberapa desktop environment di Linux. Tidak seperti di Windows yang tidak bisa dirubah, hanya berganti thema mungkin, atau sekedar memindahkan letak taskbar di kiri, kanan atau atas. Di linux kita bisa lebih banyak mengkustom tampilan desktop kita. Mungkin dengan maksud keindahan atau justru untuk kemudahan dalam mengoperasikan komputer. Mungkin start menunya ada di tengah taskbar (panel) seperti android, atau justru dihilangkan dan mengakses menu lewat klik kanan desktop dan sebagainya terserah kita. Namun menu tradisional tersebut secara default ketika kita memasangnya mengingatkan kita dengan Windows. Dengan terus terang itu yang tidak saya suka. Bukan berarti saya membenci Windows. Saya masih tetap memakai windows walaupun hanya di kantor (jelas kantor kuat untuk membeli OS Windows beda dengan saya he he he) Saya tidak membenci Windows, saya tidak anti dengan Windows. Alasan saya tidak suka denga desktop tradisional di Linux adalah BOSAN! Semenjak saya mulai memegang komputer di sekolah, saya dihadapkan dengan Windows 95, Kemudian ketika saya di rental komputer bikin laporan sekolah memakai Windows 98. Kemudian ketika saya mulai bekerja, dihadapan saya adalah Windows XP. Pun ketika beli komputer second pertama kali juga selalu berkutat dengan Windows XP. Kemudian saat punya uang lebih saya membeli laptop yang terinstall Windows 7. Dari beberapa windows tersebut mempunyai kesamaan yaitu dektop tradisional start menu di sebelah kiri bawah he he he . Yang membedakan hanyalah semua Windows sebelum Windows 7 adalah bajakan. Lalu kenapa saya sekarang banting setir ke Linux? padahal kan Windows 8 sudah tidak menggunakan desktop tradisional lagi. Laptop saya sudah rusak mesinnya dan belum mampu membeli gantinya. Saat ini di rumah saya menggunakan komputer second rakitan yang saya beli di Harco Glodok seharga 500rb. Spesifikasi memang pas - pasan Mobo Asus onboard VGA ATI, Processor Pentium IV LGA, 2 x DDR 2 512Mb, DVD ROM dan Hardisk IDE 40GB. Dengan spesifikasi seperti itu sebenarnya lancar menggunakan OS Windows XP. Tapi berhubung dengan alasan kebosanan yang membuat saya menggunakan Linux. Memang saat ini saya menggunakan Linux Mint, namun desktop sudah saya ganti yang default dengan Gnome. Karena seharusnya Linux adalah seperti ini. Tidak dibawah bayang - bayang Windows, tidak mirip Windows karena Linux bukan Windows dan Linux bukan pengganti Windows. Tapi linux adalah OS untuk orang - orang yang tidak mampu membeli Windows namun menghargai hak cipta perusahaan pembuat Windows yaitu Microsoft.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI