Ada kalimat bijak yang menyatakan "barangsiapa mengenali dirinya sendiri, maka dia akan mengenali siapa Tuhannya". Sekilas kalimat tersebut ringan diucapkan, namun di balik itu sarat akan makna yang mendalam.Â
Bila kita kaji lebih jauh, dan menanyakan kepada diri kita sendiri "siapakah aku" Â tentu kita akan mendapatkan jawaban yang beragam. Ada yang menjawab aku ya aku. Aku bukan kamu, namun apabila kita tanyakan lebih jauh mana aku? Mungkin dia akan menjawab aku ya ini ( sambil menunjukkan badannya) dia tidak sadar bahwa badan dan aku adalah dua objek yang berbeda.Â
Kita sering mengatakan "itu sepatuku" dan kita sadar bahwa sepatu itu bukan aku, aku bukan sepatu. Â Atau "itu tanganku" kita tahu persis bahwa tangan bukan aku dan aku bukan tangan. Aku dan tangan adalah dua hal yang berbeda. Sampai tiba saatnya kita mengatakan "itu jasadku" aku bukan jasad, dan jasad bukan aku. Lalu siapakah "Aku"?
Ternyata kita belum mengenali siapa diri kita sendiri. Kita masih menganggap bahwa kita adalah jasad, ingatlah bahwa kita bukan jasad. "Aku" adalah ruh yang berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah.Â
"Aku" selama ini tinggal dan bersemayam di dalam jasad sehingga kita sering mengganggap bahwa "Aku" adalah jasad. Manusia sering terlalu memikirkan  kebutuhan jasad namun jarang memikirkan kebutuhan "Aku" padahal apabila aku pergi meninggalkan jasad itu, maka jasad itu menjadi tidak ada gunanya, dia akan segera dipendam (dikubur) karena sudah tidak ada gunanya lagi.
Untuk itu marilah wahai manusia kenalilah siapa dirimu? Dari mana asalmu dan kemana berakhirmu? Bagi mereka yang telah berhasil menemukan dirinya sendiri akan mempunyai power yang luar biasa. Semua potensi yang ada dalam dirinya dapat dimaksimalkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H