Ketika kita membeli suatu barang tentunya kita menginginkan barang yang original atau yang asli dan kita akan kecewa atau bahkan marah ketika kita mengetahui bahwa barang yang kita beli ternyata palsu atau abal-abal. Analogi di atas sebenarnya suatu hal yang wajar dan sudah semestinya seperti itu, namun dalam beberapa kasus dan yang terjadi di dalam kehidupan nyata ternyata banyak sekali kita menggunakan produk abal-abal.Â
lebih parahnya lagi Indonesia terkenal dengan produk abal-abalnya, entah itu produk yang dihasilkan oleh orang-orang Indonesia atau dari negara lain yang sengaja memasarkan produk abal-abalnya ke Indonesia. (bayankan saja telur asinpun ada yang palsu, beras palsu yang terbuat dari plastik, garam dari pecahan kaca dan masih banyak lagi lainnya.
Dalam kehidupan bermasyarakatpun kita seringkali mendengar kasus "polisi gadungan" yang artinya polisi palsu atau polisi abal-abal. Dokter  gadungan atau dokter palsu sama juga dengan dokter abal-abal. Ustad gadungan atau ustad abal-abal dan kita semua tahu bahwa akhir dari semua yang palsu atau abal-abal pasti akan berakibat pada kerusakan atau merugikan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.
Dalam dunia akademik kata "abal-abal" sangat mencederai ilmu pengetahuan. bayangkan saja ketika seseorang disebut dengan sarjana abal-abal atau bahkan professor abal-abal apa yang akan terjadi pada bangsa ini ketika semua orang mendapat tambahan titel "abal-abal" di belakang gelarnya? Kalau kita telisik lebih dalam pada kasus "ijazah abal-abal" yaitu seseorang yang mendapatkan ijazah tersebut tanpa melalui proses yang sewajarnya atau dengan cara yang di luar prosedur. bagaimana dengan "doktor abal-abal" berdasarkan definisi di atas kita dapat ambil kesimpulan 'seseorang yang memperoleh gelar doktor tanpa melalui proses yang wajar dan di luar prosedur. Kalau kita generalisasikan maka segala sesuatu yang dicapai tanpa melalui proses dan prosedur yang semestinya dapat dikategorikan sebagai "abal-abal dan semua yang "abal-abal" cenderung akan merugikan dan merusak.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H