Mohon tunggu...
Anto Suranto
Anto Suranto Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan

Penulis adalah Mahasiswa S3 Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Refleksi Ramadhan

24 Juni 2017   15:11 Diperbarui: 24 Juni 2017   15:12 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
smkpgri1kediri.sch.id

24 Juni 2017

Tidak terasa hari ini adalah hari terakhir Ramadhan 1438 H dan esok adalah 1 Syawal 1438 H rangkaian kegiatan ibadah di bulan suci Ramadhan mulai dari makan sahur, sholat subuh berjamaah di masjid, berpuasa di siang hari, berbuka pada waktu magrib, dilanjutkan dengan sholat tarawih, tadarus Al qur'an dan kembali makan sahur  akan segera berakhir. Banyak yang merasa sedih dengan berlalunya Ramadhan tahun ini, namun banyak juga yang merasa senang dengan berlalunya Ramadhan dan mereka memiliki alasannya masing-masing.

Sebenarnya banyak sekali pelajaran yang dapat kita petik dari Ramadhan diantaranya adalah munculnya kesolehan sosial, seseorang yang berpuasa diharapkan dapat merasakan bagaimana penderitaan orang yang tidak makan dan tidak minum sehingga mampu menggugah dirinya untuk dapat saling membantu sesama. Karena tujuan diperintahkannya puasa kepada manusia adalah agar  menjadi orang yang bertakwa. Takwa itu haruslah berimbas dalam kehidupan nyata tentu saja imbas yang dimaksudkan disini adalah imbas yang baik. 

Ada dimensi sosial dalam ibadah puasa dan ini ternyata yang diperintahkan oleh Allah agar manusia saling mengasihi sesama. Disamping itu juga menunjukkan bahwa betapa manusia itu adalah makhluk yang lemah tanpa daya. Bayangkan baru beberapa jam saja kita tidak makan dan minum kita sudah merasa lemah hal ini mengingatkan kita agar kita jangan menjadi orang yang sombong.

Dalam mengarungi kehidupan sehari-hari, kita sering merasakan jenuh dan mempertanyakan untuk apa sebenarnya kita hidup. Ramadhan memberikan jawaban bahwa kita hidup ini bukan hanya untuk diri sendiri, namun ada orang lain yang perlu mendapatkan perhatian kita. Ketika kita hanya berfokus kepada diri sendiri maka akan mudah sekali kita merasa jenuh dan terkadang tidak tahu harus berbuat apa? Namun bila kita mencoba untuk memperhatikan sekitar kita, orang-orang yang hidup bersama kita dan membuat diri kita bermanfaat bagi sesama maka disitulah ternyata letak kebahagiaan kita yang sesungguhnya.

Namun, dalam kenyataannya dengan kepergian Ramadhan maka usai sudah kesolehan sosial kita, seakan-akan kita hanya wajib sholeh selama Ramadhan saja padahal bukan itu yang diinginkan oleh Ramadhan. Ramadhan menginginkan apa yang telah dilakukan selama bulan suci tersebut dapat terus dilakukan selama sebelas bulan berikutnya sampai Ramadhan tahun depan datang, tentu bila kita masih diberikan kesempatan untuk dapat bertemu dengan Ramadhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun