Mohon tunggu...
Saiful Tri Antoro
Saiful Tri Antoro Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Think free

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Negara Opera Sabun

7 Juni 2014   11:06 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:52 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Dunia ini panggung sandiwara  begitulah lirik yang ditulis penyair Taufik Ismail dilagu panggung sandiwara, tentang kegelisahan mengapa kita bersandiwara?

Dunia, ahh Negara ini saja. Entah mengapa negaraku menjadi sandiwara opera sabun, tetang banyak hal yang disandiwara, apalagi dimasa-masa politik sekarang ini. “Politik menurut KBBI  berarti (pengetahuan) mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan, segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dsb) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain dan cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah).” Dari pengertian diatas Siapapun warga Negara Indonesia berhak tau tentang politik Negara ini. Tapi ini malah menjadi sesuatu yang aneh bagiku, entah siapa yang ngajarin hingga menjadi seperti ini aku nggak mikirin, yaitu sandiwara opera sabun, sebuah pertunjukan yang dalam imanjinasiku “Indonesia” adalah judul sinetron yang setiap detiknya selalu ditunggu jalan ceritanya, sepertinya banyak yang terjebak dalam alur cerita media, tokoh politik atau yang lainya, bahkan akupun menjadi bersandiwara harus bicara politik, ini sebuah ironi dalam hidupku aku terjebak didalam sebuah opera sabun berjudul “Indonesia” tapi sebagai manusia jangka menengah mungkin ini saja aku mengikuti manusia jangka pendek yang selalu bicara politik.

Dalam opera sabun saat ceritanya tentang “INI” semua ngikut berbicara “INI”, ada yang suka ada yang tidak kemudian timbulah pro dan konta saling memusuhi kemudian saling memaafkan tapi pura-pura melupakan kemudian diungkit lagi dilain waktu. Kemudian ceritanya sudah berubah menjadi “ITU” semua ngikutin lagi, begitu seterusnya tanpa memperbaiki dirinya sendiri. Ahh  seakan-akan semua penikmat sandiwara ini telah mendapat peran masing-masing sesuai alur cerita. kritikan, komentar, pujian, semua sudah dikemas sesuai kapasitas otak masing-masing karena demokrasi adalah era kebebasan. Dimana era kebebasan yang sebenarnya lupa Hukum, masih sama seperti era dahulu, bedanya kebebasan ini menjadi sebuah opera sabun yang setiap ceritanya selalu ditunggu, apapun alasanya menikmati itu masih banyak yang tak belajar dari sejarah yang sesungguhnya, hanya mengingat tak mau memperbaiki agar tak terulang, semua terbius didalam panggung sandiwara politik yang saling mengklaim itu benar yang menimbulkan permusuhan politik, ahh pada akhirnya “jika mau” siapapun musuh politiknya tetap harus berdamai dan mencintai  agar bisa membangun Negara ini.

Akukira cukup sekian saja, manusia tak ada yang benar,  yang ada hanya saling membenarkan dan saling menyalahkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun