Mohon tunggu...
Anto Rifa
Anto Rifa Mohon Tunggu... -

daun yang jatuh tak pernah membenci angin #tereliye

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gerilya Sepertiga Malam

5 Oktober 2012   22:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:12 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pelajar sekarang tidak lagi membawa buku dan alat tulis, namun senjata tajam dan narkotika. Tidak lagi mencari ilmu sebanyak mugkin, tetapi sibuk mencari kawan dan lawan. Tawuran sepulang sekolah bersama geng di sekolah, gerilya di malam hari bersama geng di kampung. Bahkan di mulianya sepertiga malam, bukan lagi digunakan untuk bersahabat dengan para malaikat yang turun ke bumi. Lagi - lagi mereka gunakan untuk berjuang, tak peduli adzan subuh yang syahdu sudah berkumandang, lonceng – lonceng gereja berdenting dengan indah. Sebenarnya apa sih sebab dari semua itu? Masalah cewek? Atau merasa iri dengan geng sebelah? Entahlah, yang pasti apapun itu tidaklah sepenting dibanding masalah lain di kehidupan ini.
Lalu apa yang bisa dibanggakan dari semua itu? Jika geng kalian menang, kalian berpesta merayakannya. Padahal ada dendam dibalik kemenangan itu. Bagaimana kalian merasa senang jika sudah mengantarkan nyawa sesama pergi dari kehidupan ini dengan sia – sia. Mereka yang meninggal, pernahkah sebelumnya berpikir, di dunia tak berguna, di akhirat pun ...entahlah. Membuat putus lengan – lengan orang lain? Bagaimana kalian merasa bangga jika membuat para ibu menangisi tumpuan hati mereka di rumah duka, di rumah sakit? Membuat semakin penuh bangsal rumah sakit dengan ulah kalian.
Lain lagi jika geng kalian kalah. Kalian mulai menyusun strategi untuk menuntut balas kematian dan cacat kawan kalian. Bicara menang dan kalah, sebenarnya kalian semua kalah. Kalah dibodohi oleh nafsu dan sisi bodoh akal kalian.
Tahukah kalian, tak sedikit orang lain yang tak ada sangkut pautnya dengan masalah kalian turut menjadi korban. Mata buta kalian tak bisa membedakan mana kawan, mana lawan, mana yang bukan dua –duanya. Banyak orang lain yang tertunda rezekinya karena ulah kalian. Jalan – jalan dan fasilitas umum penuh sesak tak ada celah oleh gerombolan kalian. Padahal kalian pastinya belum pernah merasakan membayar pajak bukan? Tapi sudah berlagak sok berkuasa. Kalian bangga jika orang – orang segan pada kalian? Bukan! Tidak ada sedikitpun rasa segan bagi kalian. Mereka hanya takut, takut mati sia – sia di tangan kalian. Mereka tak mau dekat – dekat dengan gerombolan kalian. Tak ada gunanya. Tentu mereka lebih berpikir rasional dibanding kalian.
Pernahkah kalian berpikir sedikit saja tentang orang tua kalian, yang merawat kalian selama ini, yang menyayangi kalian. Berpikir tentang perasaan mereka. Kalian yang mereka gadang – gadang, yang mereka banggakan saat ini menjadi tukang pembuat onar, perusuh, dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Kalian mengingkari doa – doa yang mengiringi kedatangan kalian ke dunia dengan mengganggu ketentraman.
Mau kalian bawa kemana masa depan bangsa ini. Ah iya, masa depan kalian sendiri saja belum terpikirkan oleh kalian, kenapa mesti repot – repot berpikir masa depan bangsa. Itu kan urusan para pemimpin yang doyan korupsi. Hey!! Para pemimpin yang sekarang saja yang dulu waktu mudanya belum trend yang namanya tawuran saja bisa korupsi, bagaimana kalian nanti??? Mungkin kalian lebih parah daripada para pemimpin saat ini.
Semoga keliru.
Semarang, 28 September 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun