Saya tidak akan menggunakan teori evaluasi dalam membahas masalah UN karena ternyata diabaikan dalam sistem pendidikan kita. Saya akan menggunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh siapa saja, bahkan siswa SD sekalipun.
Menurut pengalaman saya dalam melaksanakan pendidikan di sekolah kami dan mengamati berbagai peristiwa dalam dunia pendidikan, maka ada 4 alasan mengapa UN harus dihapus.
Pertama, pembelajaran di kelas 6 SD, 9 SMP, dan 12 SMA terutama semester 2 hanyalah latihan-latihan soal dengan tujuan jangka pendek: lulus UN, lulus 100%, nilai UN bagus, dapat SMP/SMA favorit. Apakah anak-anak kita akan dibekali untuk hidup di masyarakat hanya dengan sekedar kemampuan menghafalkan materi ujian dan mengerjakan soal-soal. Orang tua, kepala sekolah, kepala dinas, bupati, dan gubernur bangga jika siswa mendapat nilai UN tinggi dan lulus 100%, padahal betapa guru dan anak-anak sampai stress untuk menyiapkan UN.
Kedua, banyaknya kecurangan yang dilakukan baik secara perorangan, sekelompok siswa, maupun yang tersistem dari pihak sekolah, bahkan mungkin dinas dengan alasan agar lulus 100%, agar sekolahnya terlihat baik, agar kepala sekolah dan kepala dinas tidak malu.
Ketiga, kacaunya pelaksanaan UN. Tidak perlu saya bahas di sini, silakan nikmati beritanya.
Keempat, adanya dana besar untuk proyek UN menjadikan UN layak terus dilaksanakan karena akan menyejahterakan: menteri, kepala dinas, panitia UN, pengawas indipenden dari universitas, pembuat soal, dan rekanan percetakan.
Saat ini adalah momen yang tepat untuk menghapus UN yang hanya bertujuan untuk menyejahterakan beberapa oknum dan menyenangkan pejabat dengan mengorbankan siswa dan guru dengan dalih melihat mutu pendidikan di Indonesia.
Haryanto, guru SD di Sleman Yogyakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H