Mohon tunggu...
Anton William
Anton William Mohon Tunggu... -

Science freak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Regularitas Alam dan Optimisme Manusia

20 Juni 2010   05:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:25 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam waktu kurang dari seminggu, kita akan kembali menyaksikan fenomena yang telah ditonton oleh nenek moyang manusia, ketika mereka masih mencoba berjalan tegak di permukaan bumi. Gerhana bulan sebagian akan terjadi pada 26 Juni 2010, teramati usai waktu magrib. [caption id="attachment_172161" align="aligncenter" width="211" caption="Perubahan bentuk bulan saat gerhana. (Mr. Eclipse)"][/caption] Penjelasan teknis dari gerhana bulan sudah pernah anda dapatkan ketika belajar fisika atau geografi di sekolah menengah pertama. Jika lupa, anda bisa dapatkan penjelasannya di berbagai laman di internet. Singkatnya, gerhana bulan terjadi ketika satelit alam itu masuk ke dalam bayangan bumi. Bagi nenek moyang kita, gerhana bulan dianggap sebagai kutukan dari langit. Saat perlahan permukaan bulan yang bundar mulai digerogoti oleh raksasa yang tak kasat mata, membuat mereka berkontemplasi: adakah langit sedemikian marah kepada manusia sehingga benda-benda yang melayang di langit hendak dihancurkan? [caption id="attachment_172163" align="aligncenter" width="432" caption="Pendeta Parthenon juga melihat gerhana yang serupa. (Mr. Eclipse)"][/caption] Kenyataannya, gerhana bulan terus berulang, menjadi sebuah siklus abadi yang tercatat semenjak zaman prasejarah ketika manusia mencoba mengukir di atas batu hingga zaman manusia menulis di atas papan iPad. Bumi tidak dihancurkan, semuanya adalah regularitas alam, kepatuhan benda-benda langit terhadap hukum, yang kemudian kita kenal sebagai, fisika. Lalu kembali kita melongok isu yang dulu sempat panas, sekarang telah mendingin untuk kemudian memanas lagi, yaitu kiamat 2012? Sudahkah kita belajar dari nenek moyang kita yang dulu beranggapan kemarahan langit akan menghancurkan bumi, dalam waktu, ehm, kurang dari 2 tahun lagi? Alam memiliki keteraturan. Beruntung, kita manusia yang sedang, dan konon telah, melewati periode modernisasi mengetahui, bagian kecil dari samudera keteraturan itu. Kecil memang, namun berarti banyak dan seharusnya menyadarkan kita akan sebuah optimisme, bukan keputus-asaan. Dari keteraturan maka kita tahu bumi ini akan aman pada tahun 2012 nanti. Lalu dari mana datangnya orang yang memprediksi, meramal, mencenayang bahwa bumi kita akan mengalami kehancuran pada tahun 2012? Apakah mereka tidak melihat keteraturan regularitas alam yang dahulu juga dilihat oleh nenek moyang mereka? Ataukah mereka memiliki maksud lain, menebar teror kepada manusia lainnya? Kemungkinan pertama adalah, peramal 2012 tidak memiliki pengetahuan mengenai regularitas alam. Mereka hanya tersesat dalam imajinasi yang mereka rangkai dari cerita-cerita kuno yang selalu gagal setiap zaman. Walaupun tak yakin dengan cerita mereka sendiri, namun mereka mengolahnya mencari cerita yang seolah-olah jelas, sehingga bisa mempengaruhi orang lain. Jika anda bertemu dengan orang seperti ini, ada baiknya anda meragukan dahulu cerita mereka. Hiduplah dengan optimisme. Kemungkinan kedua, peramal 2012 adalah orang yang mengerti akan regularitas alam. Mereka tahu jika siklus alam, seperti: badai matahari, jungkir-balik kutub magnetik bumi, hingga revolusi bumi, adalah benar. Mereka juga tahu jika setiap zaman manusia selalu bisa tertipu dengan buaian kosong. Mereka tahu itu. Karena itu, dengan rasa ke-tahu-an, mereka ingin mengulang kembali rasa ketakutan itu dengan mendulang teror dan pesisme manusia lain. [caption id="attachment_172172" align="aligncenter" width="500" caption="Bima Sakti, rumah kita, dipotret dari Taman Nasional Teide, Tenerife. (Daniel López)"][/caption] Optimislah! Toh, nenek moyang kita menghadapi masalah yang sama dengan kita sekarang. Kenyataannya siklus alam terus berulang. Semua menciptakan keindahan yang seharusnya bisa kita nikmati. Sabtu nanti, 26 Juni 2010, kita kembali akan melihat fenomena alam, ketika secara perlahan bulam masuk ke dalam bayangan bumi: gerhana bulan sebagian pertama di tahun ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun