Tema ketiga menguraikan karakteristik, risiko, dan manfaat setiap pilihan yang harus diambil para lansia. Ada tiga kepastian hidup yang harus dilakoni, yaitu tua atau pensiun, sakit, dan mati. Semua pilihan dan kepastian hidup lansia mempunyai tantangan, konsekuensi, dan pergulatan batin. Pilihan-pilihan hidup di masa tua dikupas dalam tema ini.
Indonesia diprediksi akan mengalami ledakan usia lansia di tahun 2050. Ada sekitar 45% lansia Indonesia tinggal di rumah tangga dengan status ekonomi 40% terendah, dengan 67% di antaranya hidup dengan sangat miskin dan telantar. Akibatnya, lebih dari 50% lansia di Indonesia masih harus terus bekerja. Tunjangan pensiun belum memadai. Banyak lansia terpaksa masih harus memburu nafkah di tengah kerapuhan usia. Lebih sarkastis lagi, sekitar 30% lansia kita masih harus berjuang membiayai keluarganya.
Tema keempat mempertegas upaya-upaya membangun masa tua yang bermartabat. Bab ini mendaras membangun kerendahan hati, membangun kasih, membangkitkan sukacita, dan membangun hidup doa. Lebih lanjut difokuskan pentingnya proses formasi atau pembentukan diri secara rohani yang berfungsi sebagai antisipasi orang beriman akan menjemput kematian.
Tema kelima tentang garam dunia. Mungkinkah lansia menjadi garam dunia demi masa yang berbeda? Diharapkan bab ini mampu memberikan arah dan tujuan bagi karya terakhir para lansia berkiprah di dunia, pengutuh makna hidup, jati diri, dan tujuan keabadiannya.
Tema keenam tentang masa emas. Bab ini mencoba merangkum makna masa tua sebagai masa bakti akhir yang ultima bagi keseluruhan hidup. Bisa mencapai usia tua adalah anugerah Allah. Paus Yohanes Paulus II menyeru kepada para lansia. Masa pensiun memberikan kesempatan baru kepada para lansia untuk merasul. Masa tua harus dipandang sebagai masa istimewa karena boleh memberikan persembahan terakhir dan terbaik kepada Tuhan dan sesama.
Buku Bergulat dengan Usia (Hendro Setiawan, 2021) ini mengingatkan buku renyah dan praktis yang berjudul Senja nan Indah, Menjadi Lansia Bahagia dan Bijaksana (Paul Subiyanto, 2018). Tamsilnya paparan teoretis dan praksis saling gandeng gayut.
Syukur dan bahagia menjadi lansia, modal pendoa yang bijaksana. Menjadi lansia yang penuh syukur, bahagia, dan bijaksana tentu menjadi dambaan setiap orang, tetapi butuh keberanian dan niat yang kuat untuk mengubah diri. Dalam kondisi raga ringkih, diperlukan sikap maturasi penerimaan dan kepasrahan, lepaskan keinginan ego. Kekuatan lansia bukan lagi fisik dan psikis, tetapi aspek spiritualnya atau Roh.Â
Bersiap-siaplah! ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H