Obral usia lansia di Indonesia bakal menumpuk pada tahun 2050 nanti.
Anda siap menyandang julukan adiyuswa, menjadi lansia? Banyak lansia, terutama di negara-negara belum maju, harus menghadapi masa pensiun sebagai "masa tanpa keamanan finansial" atau "masa ketidakpastian ekonomi yang menakutkan". Para lansia harus bergumul dengan gambaran madesu terhadap penyakit, penolakan, kesepian, penderitaan, ketidakberdayaan, dan tanpa jaminan finansial yang memadai. Usia harapan hidup terbatas.
Jauh hari WHO memerincinya dalam empat fase (usia): lansia pertengahan (45-59), lansia (60-74), lansia tua (75-90), dan lansia sangat tua (di atas 90). Depkes RI pernah membagi lansia awal (46-55), lansia akhir (56-65), dan manula (66 ke atas). Undang-Undang No 4 tahun 1965 tentang pemberian subsidi lansia yang jompo dibatasi pada usia 56 tahun ke atas.
Buku ini tergolong ide segar, yakni menuntun setiap orang yang dikaruniai hidup hingga adiyuswa atau lansia, seyogianya menjalani karakter epifani, penuh syukur, bahagia, bijaksana, dan olah spiritual. Hidup lansia dijalani dengan kegiatan menyenangkan.
Jika abai, terseranglah penyakit degeneratif demensia yang menjurus alzheimer. Persentase demensia menajam mengikuti laju usia: 1,4% (65-69), 2,8% (70-74), 5,6% (75-79), dan 23,6% (85 ke atas). Oleh karena itu, pertahankan kualitas hidup dengan aktivitas ceria. Gejala awal demensia akan menjadi akut jika tidak segera ditangani, misalnya pelupa, pikun, berbicara selalu berulang, dan perilaku kekanak-kanakan. Tak bisa dimungkiri, lansia pasti mengalami kemerosotan intelektual.
Hendro Setiawan (55) terinspirasi riset terhadap Pastor Tarsisius Leisubun, MSC (kelahiran 1942) dan Suster Maria Martha Aburuhan, FCH (kelahiran 1941) yang telah purna karya di Palembang. Tidak gampang menjadi lansia terutama bergumul dengan diri sendiri. Lansia butuh pendampingan khususnya yang terbatas mobilitasnya pada kegiatan sosial, keagamaan, dan jauh dari famili.
Ada enam tema reflektif dalam buku ini. Tema pertama menyajikan sodoran data prediktif WHO bahwa antara tahun 2000-2050, populasi lansia (60 tahun ke atas) akan meningkat dua kali lipat dari 11% ke 22%. Jumlah lansia 605 juta orang tahun 2000 menjadi 2 miliar orang tahun 2050. Jika kini setiap 10 orang ada 1 lansia berusia 60 tahun lebih, proporsi tahun 2050 akan menjadi 1 lansia setiap 5 orang. Perubahan ini dipicu oleh harapan hidup panjang masa kini akibat kecanggihan ilmu kedokteran.
Apa dampak perubahan ini bagi para lansia? Apakah harapan hidup panjang ini menjadi anugerah? Atau sebaliknya, menjadi petaka sebab harus bertahan hidup lama yang berhadapan dengan aneka masalah? Muncullah studi tentang permasalahan jaminan hari tua, perundungan perilaku terhadap lansia, peningkatan angka demensia/alzheimer, sindrom mental peralihan masa, masalah kesehatan yang menurun, dan masalah sosial ekonomi.
Tema kedua, penulis menggagas makna masa tua. Pada bab ini dijawablah pertanyaan apa sejatinya makna masa lansia, tantangan lansia di zaman digital, dan masa tua harus disikapi kaum beriman. Penulis Hindu, Shivam Sundriyal, menyatakan "saya sudah melihat orang tua yang memiliki begitu banyak kebijaksanaan dan tampak seakan-akan mereka telah selesai bergulat dengan Tuhan".
Pergulatan rohani orang tua diteroka seorang ahli Kitab Suci, A Purnomo, OFM, yang mengangkat kesamaan pengalaman hidup banyak tokoh dalam Kitab Suci (seperti Abraham, Yakub, Yusuf, Musa, Yunus, Yeremia, dan Ayub). Mereka berjuang untuk bangkit dari pengalaman gagal, jatuh, dan berdosa.