Statement pertama : *Membaca itu sangat mengasikkan kita bisa berpetualang di alam imajinasi serta menghibur sekaligus menambah wawasan.
Statement kedua : **Ah.. membaca itu membosankan. Obat tidur paling mujarab dan sangat menyita waktu. Boringg...
Dua hal yang bertolak belakang. jawaban itu akan mudah kamu temui jika kamu bertanya dengan orang orang yang kamu temui pandangan mereka mengenai membaca. Dua jawaban diatas pernah saya alami. Sedikit saya berikan kisah sendiri dari membenci buku dan membaca – sampai- mencintai buku dan menyukai membaca.
Brukkk..., buku ditanganku terjatuh dan aku hampir terjatuh dari atas lemari pakaian yang terbuat dari kayu karena kantuk yang mendera. Usiaku belum 11 tahun kala itu, itu di tahun terakhir sekolah dasar. Jam menunjukkan hampir subuh. Tiba tiba sebuah pernyataan timbul dalam hati. Kalau sesulit dan seperti ini “Sudahlah. Aku benci dengan buku dan membaca.”
Jauh sebelum kesana saya akan cerita bagaimana saya bisa berada diatas lemari kayu yang tingginya satu setengah meteran larut malam menjelang subuh saat itu.
Dari kecil aku terkenal tidak bisa duduk tenang, ya seperti cacing kepanasan yang tidak bisa berhenti dan fokus dengan satu hal ( istilah bapak- Momaron. “momar doho bah” (saya bahkan tak bisa menerjemahkan ke bahasa indonesia artinya apa) dan satu lagi kebiasaan kecilku selalu menanyakan apa saja tentang suatu hal yang ingin aku ketahui secara detail.
Sebagai Contoh waktu masih usia 4 tahun waktu itu si abang dan teman temannya baru pulang sekolah ( temannya anak anak tetangga rumah juga), pulang sekolah bercerita Si A dan si B berkelahi pulang sekolah. Aku yang masih belum sekolah dan mau tau detail mulai bertanya.
Aku tanya. :
Kenapa Mereka Berantam?..., *dijawab sama ybs,
Trus dimana mereka Berantam?..., *dijawab,
Gimana cara mereka berantam?... trus abis berantam gimana?... * yang jawab kesal lalu bilang. Semua kau tanyain. Ya namanya berantam dipukul, ditinju mukanya. Trus nangis..
Trus abis nangis gimana?... dan yang Ybs pun melongos pergi menghadapi anak seperti saya.
Ya Aku masih ingat.. hahahaha.. ya istilah anak sekarang *ini bocah Kepo amat plus autis..
terlahir dari keluarga yang jauh dari Kata berpendidikan membuat Istilah membaca dan buku hampir tidak ada dalam kamus sehari hari. Selain buku dirumah tidak ada, perpustakaan disekitar lingkungan atau tempat pertama kali aku mengenal sekolah sama sekali tidak ada. termasuk toko buku atau sejenisnya Itu hanya dalam angan. Terlahir sebagai anak kedua yang artinya tidak ada koleksi buku buku yang berarti dari si Abang yang hanya selisih umur tidak lebih dari 2 tahun denganku. Akhirnya karena merengek minta sekolah lima tahun aku sudah duduk di bangku sekolah dasar.
Hingga sampai kekejadian hampir terjatuh dari atas lemari kayu diatas keingintauanku sangat tinggi.. Aku ingat Buku yang kubaca saat itu adalah Buku B. Indonesia kelas 1 SLTP kepunyaan si abang.
Kenapa aku bisa sampai larut malam hampir subuh diatas lemari membaca itu buku, ceritanya tempat siabang melanjutkan sekolah menengah (dulu namanya SLTP sekarang SMP) mendapat pinjaman buku dari sekolah dimana buku itu harus terawat baik dan disampul dengan baik hingga tahun ajaran berakhir buku dikembalikan dengan kondisi baik keperpustakaan sekolah. Waktu itu buku pertama kali dibawa si abang pulang dari sekolahnya aku sudah tertarik selain karena bentuknya menarik dan lebih besar dari buku tulis dan bacaan SD yang ada dirumah saat itu. Bentuknya hampir sebesar buku Atlas dan cukup tebal. Nah yang jadi masalah Sang ayah akan marah kalau aku menyentuh itu buku.
Kalimatnya yang si papa ucapkan selalu ini *unang jamai naso bukkum. Bukkumma jama. Sei jahai ho bukuni abangmu. Sega annon. Adong hepengmu mangganti i- “jangan pegang yang bukan bukumu. Bukumu sana pelajari, kau baca buku buku abangmu. Nanti rusak. Ada uangmu buat ganti in”. (dengan muka menakutkannya). Berulang kali aku coba untuk baca dan selalu mendapat kecaman yang sama. Akhirnya kuniatkan mencuri waktu tengah malam membaca diatas lemari Pakaian. Sampai akhirnya terserang kantuk dan hampir terjatuh. akhirnya aku menyerah sekaligus membenci buku dan tidak menyukai membaca.
Mulai dari saat kejadian diatas Ketidak sukaanku dengan buku dan membaca berlanjut sampai aku berstatus mahasiswa Baru dikampus. Walaupun dari segi akademik aku bisa dikatakan baik namun saya sama sekali tidak suka buku dan baca. Sampai pada satu hari disemester dua perkuliahan tepatnya awal tahun 2007 seniorku dikampus (beda Fakultas) menawarkan sebuah wawancara kerja dan memilih tempat dilantai dua Perpustakaan Universitas. Tempat terakhir yang seharusnya aku kunjungin itu jadi pilihan utama seorang senior Fak. MIPA itu. Damn .
Perpustakaan universitas siang itu Lumayan sepi, Dingin, nyaman dan bau aneh seperti bau buku buku tua meyergapku pertama kali duduk diantara meja meja baca perpustakaan. Nah Semenjak pertemuan itu setiap waktu senggang diantara jam Mata kuliah dan aku ingin sendiri aku selalu keperpustakaan universitas tepatnya kelantai tiga perpustakaan dimana ada sofa lumayan empuk, tempat yang sangat nyaman buat tidurrr... ya saya keperpustakaan buat tidur sodara... hahahahaha.
Hampir sebulan kegiatan mengasikkan itu saya jalani. Tidur disofa perpustakaan. Sampai pada suatu waktu saya coba baca koran yang berjejer diatas meja didepan sofa dan melihat lihat tumpukan buku yang ditinggalkan orang orang yang membaca disampingku dan akhirnya aku niatkan untuk berkeliling mencium bau buku buku baik baru maupun yang sudah apek seraya melihat lihat koleksi perpustakaan sambil mengangguk angguk setelah tau perpustakaan universitas ternyata berisi berbagai macam buku dari yang tak penting sampai yang tak pernah terjamah . hingga tiba di lantai dua sebelah utara ada lemari berkunci yang atasnya terdapat tulisan Kumpulan Novel. Aku tertarik, kuniatkan meminta kunci dari petugas Perpustakaan setelah mengisi beberapa data administrasi akhirnya kunci diberikan. Aku coba baca beberapa yang menarik menurutku, disana ada juga buku yang sudah sering aku dengar dari SMP dulu tapi gak pernah baca (kan ceritanya gak suka buku dan baca). Aku lihat koleksinya lengkap, mulai dari seri satu sampai terbaru waktu itu yakni keenam lengkap disana. Tidak asing mungkin buat Anda buku berjudul “Harry Potter” ya. Saya baru membacanya disemester dua Perkuliahan dan menyukainya dan dalam tempo sebulan hampir semua koleksi dalam lemari setinggi dua meteran itu aku baca. What the hell...
Semenjak dari sana hingga sekarang aku suka baca. Dari statement pertama beralih ke statement kedua dan berakhir di statement pertama dan mudah mudahan seterusnya.
Jadi ingat celetukan sang Pujaan hati yang jarang jarang ketemu. Iseng bilang waktu ketemu libur Lebaran 2013 lalu tepatnya waktu berada di salah satu gramedia di Batam nyeletuk “setiap kita ketemu pasti ada jadwal ke Gramedia/Toko buku. Iyakah sahutku yang Aku sendiri bahkan tidak menyadarinya, Dia juga suka baca tapi kalau aku beli bukunya kebanyakan hmm dia geleng geleng sambil ngomong pelan. “sayang udah cukup dulu belinya segini, nanti aja ditambah. *aku jawab, seandainya aku memulainya dari sepuluh tahun silam aku tidak akan membaca sebanyak ini. Aku sudah ketinggalan jauh. Sahutku.
Hal yang sama adik bungsuku sampaikan setelah mampir di Gramedia Bintaro dua minggu lalu. “ngasae nasa nasa i. Godang mai”.(Udah cukuplah segitu, banyak sekali)
Buku adalah Investasi buatku sahutku ke si Bungsu.
-----------------------------------
Membaca adalah jendela dunia. Membacalah.
-----------------------------------
http://www.youtube.com/watch?v=psby0mI6ZLY
(enjoy the song)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI