Banyak ditemukan puing-puing dan struktur candi candi berserakan di di Desa Ambartawang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Puing-puing ini menunjukan keberadaan kompleks candi Hindu kuno di masa lampau. Bukti-bukti ini menjadi informasi penting yang menambah pemahaman kita tentang sejarah peradaban Hindu di Pulau Jawa.
Menurut Sukrisnanto Suryo Putro selaku warga, berbagai artefak dan struktur kuno telah ditemukan tersebar di seluruh desa Ambartawang. "Banyak puing-puing candi ditemukan di rumah-rumah penduduk," ujarnya.
Temuan ini mencakup patok-patok candi, lingga bertulis, arca-arca dewa Hindu, dan sisa-sisa struktur candi yang menunjukkan adanya kompleks keagamaan yang luas dan terencana. Kompleks candi Ambartawang terdiri dari berbagai jenis candi yang masing-masing memiliki fungsi spesifik dalam kosmologi Hindu.
Candi Patok, yang dalam ilmu arkeologi dikenal sebagai candi pembatas (boundary shrines), ditemukan di berbagai titik strategis seperti Jetak, Tiban, dan Mungkid. Candi-candi ini, yang ditandai dengan keberadaan Lingga Pamegat Swang, berfungsi sebagai penanda batas wilayah suci kompleks candi. Dalam bahasa Jawa kuno, 'pamegat' berarti pemimpin atau kepala, sementara 'swang' atau 'sawang' bisa merujuk pada wilayah atau daerah tertentu.
Pusat spiritual kompleks ini adalah Candi Trimurti, yang terdiri dari tiga candi utama yang didedikasikan untuk tiga dewa utama Hindu: Brahma, Wisnu, dan Siwa. Dalam terminologi arkeologi, struktur ini dikenal sebagai candi induk atau candi utama. Di sekitar candi utama, terdapat candi-candi perwara (ancillary temples) yang berfungsi sebagai candi pendamping, ditemukan di berbagai lokasi seperti Ambartawang, Gergunung, dan Srikuwe.
Keunikan kompleks Ambartawang terletak pada keberadaan candi wahana dan candi pasangan. Candi wahana, yang dalam konteks Hindu merepresentasikan kendaraan para dewa, ditemukan dalam bentuk Candi Garuda (wahana Wisnu), Candi Hangsa (wahana Brahma), dan Candi Nandi (wahana Siwa).
Sementara itu, candi pasangan, yang didedikasikan untuk para dewi sebagai pasangan dewa utama, mencakup Candi Lakshmi (pasangan Wisnu), Candi Durga (pasangan Siwa), dan Candi Saraswati (pasangan Brahma).
Struktur candi di Ambartawang juga mencakup candi apit, yang dalam arsitektur candi Jawa biasanya berfungsi sebagai penyeimbang antara candi utama dan candi perwara. Keberadaan candi apit ini semakin menegaskan kompleksitas dan kelengkapan tata ruang sakral kompleks Ambartawang.
Yang tak kalah menarik adalah sistem petirtaan atau pemandian suci yang canggih. Petirtaan, yang dalam konteks arkeologi Hindu-Budha memiliki fungsi ritual pembersihan spiritual, ditemukan di beberapa lokasi seperti Petirtaan Beji dan mata air Jimatan.
"Sungai buatan untuk petirtaan-petirtaan candi di dusun yang terletak di desa Ambartawang dan Gergunung berhulu dari mata air Mudal," jelas Sukrisnanto Suryo Putro, menunjukkan adanya  teknologi  pengairan yang maju pada masa itu.
Tata ruang kompleks candi Ambartawang juga mencerminkan konsep kosmologi Hindu yang kompleks. Domisili kepala wanua atau desa kuno, yang bergelar Pamegat, ditemukan di Santan, desa Pabelan.Â