Mohon tunggu...
anton
anton Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa S2 Kajian Sejarah FISIP UNNES, Guru SMA

Suka diskusi dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Persaingan dalam Belajar Itu Perlu! (Catatan Seorang Guru)

17 Februari 2023   16:45 Diperbarui: 1 Juni 2023   22:59 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: postplanner.com

Kenyataan yang saya alami sebagai guru hari ini adalah siswa sangat antusias jika hasil belajarnya diumumkan seperti hasil ulangan harian (UH), Penilaian Akhir Semester (PAS), Ujian Sekolah), bahkan hasil Try Out (TO) yang diselenggarakan sekolah. Dengan melihat hasil belajar siswa, mereka merasa diperhatikan proses belajarnya.

Tidak jauh berbeda dengan siswa, orang tua pun antusias melihat hasil belajar siswa. Sebagian besar orang tua senang jika mereka mengetahui peringkat anaknya di kelas. Mereka ingin melihat sejauh mana keseriusan anak dalam belajar. 

Dengan adanya penilaian angka-angka dan peringkat di sekolah, orang tua bisa melihat gambaran proses belajar anaknya. Orang tua bisa melihat kecendrungan-kecendrungan, apakah anaknya suka pelajaran eksakta, sosial, bahasa, atau diluar itu semua.

Memang menjadi dilema bagi sebagian siswa dan orang tua yang kebetulan anaknya memperoleh peringkat yang rendah. Hasil belajar itu bisa menimbulkan rasa minder bagi siswa, akan tetapi sebetulnya hal itu bisa disampaikan oleh pihak sekolah dan wali kelas bahwa apapun hasilnya, angka-angka dalam peringkat tidaklah menggambarkan keseluruhan kepribadian anak. 

Wali kelas bisa mendudukan persoalan ini kepada orang tua dan anak agar tidak salah paham dengan hasil kuantitatif. Toh, masih ada hal lain yang bisa menjadi tolak ukur seperti aspek emosional dan spiritual. Betapapun rapinya suatu penilaian angka-angka yang dilakukan oleh guru, tidak akan mempu mewakili atau mendeskripsikan keseluruhan karakter anak.

Penilaian angka-angka atau peringkat adalah sebagai upaya agar anak-anak terus berusaha semaksimal mungkin dalam belajar. Bahwa pada kenyataanya di masa depan suka atau tidak suka mereka harus bersaing dengan siswa lainnya secara global. 

Apalagi saat ini berdasarkan statistik diprediksi bahwa Indonesia akan mengalami bonus demografi di tahun 2045. Akan tetapi jika jiwa persaingan dan etos kerja siswa rendah, maka suka tidak suka negeri kita akan tergilas oleh negara-negara lain yang lebih keras perjuangannya. Bukankah untuk menuju kesuksesan diperlukan proses yang panjang dan melelahkan?

Menurut hemat saya, persaingan dalam belajar tetap diperlukan, persaingan ini harus dipahami dan dikelola dengan baik agar buah dari persaingan itu bukan menjadi karakter yang saling menjatuhkan. Anak-anak juga dibekali bahwa selain bersaing, anak-anak juga diberikan arahan bahwa dalam hidup tidak melulu bersaing. Hidup tidak melulu berbicara persaingan.  

Anak-anak diberikan pemahaman bahwa hidup menjadi bernilai dengan berkolaborasi, berbagi, dan saling tolong-menolong. Persaingan hidup adalah dalam rangka optimalisasi kinerja agar setiap waktu yang diberikan oleh Tuhan menjadi lebih berharga dan bermakna.

Akan menjadi berbahaya jika dipikiran siswa tidak muncul mental bersaing. Mereka tidak dibangun motivasi menjadi lebih baik dan prestatif. Padahal diusia yang masih sangat belia, masa-masa mereka penuh dengan semangat aktualisasi diri.

Siswa harus dibiasakan belajar sportif dalam persaingan. Sportifitas menjadi sangat penting diajarkan sedini mungkin agar anak-anak sadar bahwa setiap jerih payah akan membuahkan hasil. Guru juga bisa membimbing sikap sportifitas ini agar terkelola dengan baik. Mau tidak mau, suka tidak suka, kenyataanya persaingan akan selalu ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun