Pemakaian Bahan Bakar Minyak (BBM) dirasa makin banyak membawa implikasi negatif dalam kehidupan. Kekhawatiran akan cadangan minyak bumi yang makin menipis terus mengemuka, selain dampaknya terhadap lingkungan yang juga besar. Polusi udara dan pemanasan global adalah fenomena yang sudah terjadi. Menyiasati hal-hal yang kurang menguntungkan tersebut, penggunaan Bahan Bakar Gas (BBG) telah menjadi alternatif. Namun, benarkah BBG juga sedemikian aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia?
Perkembangan penjualan BBG setiap tahun terus meningkat, dengan rata-rata 80,3 persen per-tahun. BBG pun saat ini telah dioperasikan untuk beberapa jenis kendaraan umum. Tetapi, sesungguhnya BBG pun tak benar-benar aman bagi lingkungan dan makhluk hidup.Â
BBG yang dihasilkan dari alam memiliki komposisi Gas Metana (90%), Etana (5%) dan sisanya terdiri dari Propana, Butana dan Nitrogen. Pembakaran BBG akan menghasilkan senyawa NOx, Sox dan O3 yang dapat menyebabkan beberapa hal negatif.
Masalah pertama yang dapat timbul adalah gangguan pernapasan akibat naiknya kadar ozon. Diawali dari NOx yang dihasilkan oleh penggunaan BBG, senyawa kimia ini kemudian dengan bantuan spektra ultra matahari menyerap satu atau beberapa planc kuanta biru dari matahari, yang memungkinkan adanya disosiasi menjadi oksida nitrit dan monoatomik.Â
Terbentuknya ozon dan tingkat kelarutannya dalam air yang cukup rendah menyebabkannya masuk ke dalam saluran pernapasan terbawah dan memberikan efek toksik bagi orang yang menghirupnya. Pada kadar 0,6-0,8 ppm selama 2 jam, ozon akan menyebabkan gangguan faal paru-paru. Pada kadar tinggi, inhalasi ozon akan menyebabkan sembab paru, perdarahan dan kematian.
Selain itu, penggunaan BBG juga dapat menyebabkan Photochemical Smog. BBG yang teroksidasi di udara menghasilkan radikal bebas, yaitu aldehida. Dengan bantuan sinar ultraviolet, aldehida terdisosiasi menjadi radikal alkil dan HCO. Keduanya bereaksi menghasilkan RO. RO bereaksi denganNOx menghasilkan Peroksil Asetil Nitrat (PAN), salah satu oksidan yang menyebabkan Photochemical Smog. Contoh kasusnya adalah London Smog tahun 1952, yang menyebabkan 40 ribu orang meninggal dalam waktu tiga hari.
Selain hal-hal tersebut, dampak pembakaran BBG dapat terjadi secara langsung maupun tak langsung terhadap manusia dan faktor-faktor biotik lainnya. Secara langsung, dampak NOx dan O3 pada manusia antara lain dapat menyebabkan iritasi mata, merangsang timbulnya asma dan menyebabkan sesak napas.
Dampak terhadap kerusakan biotik antara lain; air yang amat asam dapat mematikan ikan dan tak dapat diminum. Pada tumbuhan akan terjadi gangguan fotosintesis, sehingga akan terjadi penurunan hasil dan kualitas tumbuhan pangan.
Secara fisik BBG pun memiliki sifat yang ekstrim, yaitu tekanan kerja yang tinggi sebagai akibat dari pemampatan kerana faktor ekonomis penyimpanan dalam tabung. Dengan demikian, faktor kesehatan dan keselamatan kerja belum merupakan jaminan, karena gas ini mudah meledak ataupun bocor.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H