China kian menunjukkan dirinya sebagai negara yang paling patut diperhitungkan di masa datang. Tidak hanya pada ranah teknologi sipil, secara militer pun mereka aktif melakukan langkah-langkah strategis – secara diam-diam atau terbuka - untuk memantapkan posisinya di kawasan Asia. Belum lama, mereka mengumumkan rencana membangun stasiun bawah laut yang diawaki oleh robot. Alih-alih merupakan terobosan di bidang teknologi, proyek ini dicurigai sebagai pelengkap instalasi militer mereka.
Berdasarkan berita resmi dari pemerintah China, mereka merancang instalasi tersebut untuk berburu sumber daya mineral di Laut Cina Selatan. Lokasi tersebut dipilih karena dianggap signifikan untuk berbagai alasan. Namun bila ditinjau secara politik, Laut Cina Selatan merupakan daerah yang sangat disengketakan antara China dan negara-negara tetangganya, terutama Vietnam dan Filipina.
Rencana tersebut memang tak main-main. Instalasi itu akan dibangun sedalam 3.000 meter (9.800 kaki) di bawah permukaan laut, dan akan dihuni oleh para kru penuh waktu. Hingga saat ini, tidak ada yang pernah mencoba untuk membangun stasiun bawah air berawak pada kedalaman tersebut.
Namun, rencana besar China itu tak pelak memancing keresahan Internasional. Banyak pengamat yang menilai upaya tersebut sebagai proyek jangkar untuk membangun “tembok bawah laut” yang disebut Underwater Great Wall of China.
Menurut rumor yang beredar, dinding bawah laut itu dibuat dengan mekanisme jaringan mengambang dan dilengkapi sensor yang dirancang untuk mendeteksi kapal selam musuh. Badan-badan intelijen dari beberapa negara mungkin telah mengendus rencana ini, tetapi China mengalihkannya lewat wacana teknologi, dengan melempar berita akan melengkapi instalasi tersebut dengan robot.
Dalam sebuah pameran militer baru-baru ini, pejabat pemerintah China memamerkan armada kendaraan tak berawak sejenis drone, yang akan menjadi bagian dari sistem pertahanan dinding bawah air. Armada ini akan mampu bermanuver dengan baik di permukaan air dan di berbagai kedalaman di bawah gelombang. Drone laut ini juga akan mampu membawa senjata anti-kapal selam dan muatan lainnya.
Para analis menilai, instalasi berawak di kedalaman Laut Cina Selatan ini dibuat lebih pada tujuan untuk lebih memantapkan kontrol atas daerah yang sering diperdebatkan ini, yang bukan tak mungkin bakal memicu perang antara China dan Amerika Serikat (AS) beserta sekutunya di Asia. Proyek ini juga dibuat untuk membentuk sistem pertahanan dasar bagi pemantapan hegemoni China di Laut Cina Selatan, dalam upaya memperkuat pengawasan terhadap Angkatan Laut AS.
Secara teori, garis pertahanan bawah laut ini akan melengkapi tiga serangkai kontrol militer China atas Laut Cina Selatan. Ruas pertama tiga serangkai ini adalah pos-pos militer di pulau-pulau reklamasi, yang digawangi oleh rudal pemukaan ke udara HQ-9 dan jet tempur supersonik J-11.
Ruas kedua adalah pertahanan udara China, dengan sistem AirDefense Identification Zone, yang efektif mendeteksi pesawat militer dan sipil dari luar China saat memasuki wilayah udara di atas Laut Cina Selatan tanpa izin mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H