Mohon tunggu...
Anton Ryadie
Anton Ryadie Mohon Tunggu... -

Penggiat media online. Penyuka kopi, budaya dan fotografi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indahnya Batik dengan Zat Pewarna Alami

26 Juli 2016   16:15 Diperbarui: 26 Juli 2016   16:24 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: Pixabay

Batik adalah sesuatu yang membanggakan. Pamornya tak pernah pudar, bahkan UNESCO menetapkannya sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage ofHumanity), sejak 2 Oktober 2009. Tak hanya di Nusantara, benua Eropa pun telah mengenal batik sejak 1817. Setidaknya itulah catatan yang ditorehkan oleh Sir Thomas Stamford Raffles.

Saat ini, teknik pembuatan batik pun kian mengagumkan. Potensi dari pewarna alami terus digali. Alhasil, selain tampil lebih memukau, batik kini lebih ramah lingkungan dan aman bagi pemakainya. Sebelumnya, sistem pewarnaan sintetis merajai proses pewarnaan tekstil, termasuk batik. Dengan berjalannya waktu, para pembuat batik terus menggali potensi alam untuk memperindah batiknya.

Sebenarnya hal itu bukanlah sesuatu yang sulit. Pasalnya, perajin-perajin batik telah banyak mengenal tumbuhan-tumbuhan yang dapat mewarnai bahan tekstil. Sebut saja daun pohon nila (indofera), kulit pohon soga tingi (ceriopscandolleana arn), kayu tegeran (cudraina javanensis), kunyit (curcuma), the (tea), akar mengkudu (morinda citrifelia), kulit soga jambal (pelthophorumferruginum), kesumba (bixa orelana) dan daun jambu biji (psidium guajava).

Aturan-aturan baru yang kini diterapkan pun makin mendukung langkah tersebut. Misalnya saja aturan lalu lintas perdagangan internasional,yang membuat perajin batik tidak boleh sembarangan menggunakan bahan kimia. Sebut saja surat CBI (Centre for the Promotion of Imports Developing Countries)ref CBI/HB-3032, tertanggal 13 Juni 1996, yang menegaskan mengenai pelarangan impor terhadap produk yang menggunakan bahan kimia tertentu.

Lembaga-lembaga yang aktif di ranah batik pun terus bergerak. Mereka mengkampanyekan pentingnya penggunaan pewarna alami. Coba tengok apa yang dilakukan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik (BBKB). Mereka pernah melakukan workshop Batik Kria Tekstil dengan Zat Pewarna Alam (ZPA). 

Awalnya, banyak yang tidak percaya bahwa ZPA bisa digunakan untuk mewarnai batik. Namun, seiring berjalannya waktu, publik akhirnya paham bahwa ZPA memiliki warna yang menawan. Warna yang dihasilkan amat variatif, unik dan cenderung lembut. Intensitas warnanya juga bersahabat dengan mata. Nilai positif lain, ZPA juga mengandung anti oksidan, sehingga nyaman dan aman dipakai.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun