Perkembangan dunia desain grafis begitu pesat. Ide-ide segar bermunculan. Selain menyodorkan sesuatu yang serius, sebuah desain kadang membuat kita tersenyum. Dari kesan nakal itulah, suatu pesan bisa tersampaikan dengan cepat.Â
Priyanto Sunarto, praktisi sekaligus pengajar desain grafis, pernah mengungkapkan bahwa seorang desainer grafis pada dasarnya harus memiliki kecenderungan untuk nakal atau iseng. Dari situlah, karya-karya kreatif dapat muncul. Desainnya pun dapat memberi pemecahan yang tak terduga.
Ditambahkan Priyanto, para desainer top kebanyakan memang memiliki sifat iseng. Karyanya kebanyakan mengundang senyum atau kekagetan. Nama seperti Gert Dumbar adalah salah satunya. Desainer asal Belanda yang mulai populer tahun 80-an dan kini menjadi salah satu dari 10 desainer grafis terkemuka dunia ini selalu memunculkan karya yang mencengangkan.Â
Dari ranah lokal, nama T. Soetanto patut dikedepankan. Ia adalah kartunis handal sejak 1966 (zaman anti Soekarno dan anti Soeharto). Pegrafis sekaligus guru desain grafis yang meraih gelar M.Sc.-nya dari Pratt NYini digelari ahli iseng dan kocak. Cara berfikirnya tak umum. Ia selalu mempertanyakan dari sisi yang berbeda, tak suka beken dan menonjol.Â
Karena kebiasaannya tersebut, T. Soetanto menjadi tokoh yang diam-diam menginspirasi banyak seniman dan desainer. Misalnya, mengangkat yang kampungan, murahan, bodoh dalam berkarya; dan yang pertama muncul dari beliau awal 70an: spirit anti hero, anti mapan, anti estetik, merayakan yang dinilai orang lain remeh.
Karya T. Soetanto yang cukup fenomenal adalah saat pameran gambar ‘Persegi 1981’. Ia hanya memamerkan kertas kosong besar lengkap dengan kaca dan pigura. Di bawah pigura tersebut ia menorehkan tulisan; ‘Bayangkanlah, gambar seorang gadis cantik dengan kulit di dalam dan daging di luar dan bulan yang berbentuk kristal rontok, bunyinya berdentingan…..’ dan seterusnya. Ada delapan pigura kosong dengan delapan keterangan ‘bayangkan’ yang berbeda.Â
Fotografer Anton Widya Ismael punya pendapat tersendiri mengenai desain yang nyeleneh. Menurutnya, desain nyeleneh atau mengundang senyum tak bisa dirancang atau direkayasa. Dengan kata lain, seorang desainer harus jujur dalam berkarya. Tanpa kejujuran, karya tersebut akan terasa janggal dan tidak luwes. Kejujuran memang menyentak, namun mengandung kebenaran. Kejujuran pun kadang bisa membuat risih, namun bisa menyadarkan orang akan banyak hal.
Jerry Aurum, fotografer kondang lainnya, mengungkapkan bahwa desain yang mengejutkan dan mengundang senyum tak akan mudah lepas dari ingatan. Ia juga menambahkan, kejutan tak selalu berasal dari hal yang benar-benar baru. Misalnya, banyak desainer melakukan riset menggunakan ilustrasi optik yang diterapkan dalam stationery, logo, buku dan brosur. Hal itu bukanlah hal baru. Tapi, ketika hal yang sama diterapkan dalam desain korporat, komunikasi visual yang dihasilkan cukup mengejutkan. Pada akhirnya, desain yang mengundang senyum memang terbukti efektif dalam menyampaikan suatu pesan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H