Mohon tunggu...
Purbo Iriantono
Purbo Iriantono Mohon Tunggu... Freelancer - Jalani inspirasi yang berjalan

"Semangat selalu mencari yang paling ideal dan paling mengakar" merupakan hal yang paling krusial dalam jiwa seorang yang selalu merasa kehausan kasih...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jerinx: Sosok Terkonsisten dari SID

16 Agustus 2020   06:35 Diperbarui: 16 Agustus 2020   07:13 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

HUT75RI

Ketika mendengar nama group band Superman is Dead (SiD), yang terbayang langsung di benak penulis adalah imaji tentang pejuang atau semacam "hero" paling konsisten dan radikal yang menyangkal beragam gagasan tentang ke-hero-an itu sendiri. Kontradiksi tipikal yang lahir di era "gudang paradok" seperti sekarang ini. 

Dan ternyata dugaan penulis tidak meleset jauh, karena salah satu personil-nya sungguh mencitrakan hidup yang sesuai dengan slogan SiD, setidaknya menurut penilaian penulis yang bahkan belum pernah mendengarkan sajian musik dan lagunya. Lalu pesan atau kisah menarik apa yang dapat kita petik bersama dari perjuangan beraroma pemberontakannya itu? Atau, tidak lebih tepatkah bila kira menyebutnya sebagai ungkapan k e m e r d e k a a n diri , alih-alih pemberontakan?

Ya, penulis lebih sepakat dengan rujukan ke arah kemerdekaan diri alih-alih pemberontakan; karena penulis percaya, ia tidak bertujuan untuk memberontak, melainkan untuk melepaskan rasa 'kesumpek"-an pada segenap tekanan atau restriksi aturan yang serba darurat pada jiwa kemanusiaannya.

Kita tahu, betapa masih padatnya hidup keikatan sosial di masyarakat Bali khususnya (relatif bila dibandingkan dengan masyarakat dari suku lain); apalagi satu-satunya sumber nafkah terpenting di masyarakat itu sangat bergantung pada jasa layanan di bidang hospitality yang notabene harus berkiprah di ranah pertemuan sosial. Bila kita mau sedikit menggeser sudut pandang perspektif baku, maka tidak dapat tidak, kita, setidaknya,  akan mengakui dan memahami keputusan keberpihakkan dari sang tokoh kontroversial ini. 

Ia hanya hendak menjeritkan pekik prihatin kondisi rakyat kelas bawah di dalam masyarakatnya yang tiba-tiba dihadapkan pada realitas pilihan yang nyaris muskil. Bagaimana mereka dapat bertahan hidup di tengah kondisi yang merampas "habitus" mereka? Bagi mereka, usaha layanan hospitality sudah bukan sekedar lahan sumber nafkah, melainkan sudah jadi bagian dari cara hidup keseharian mereka, jadi semacam habitus, kata Bordieu.

Keprihatinan beliau (Jerinx) pada kelompok terpinggir dari masyarakatnya-lah yang jadi sumber pencetus semua ekspresi sang jiwa merdeka. Ekspresi jiwa merdeka itu harus segera ditangkap oleh para elit di daerahnya sebagai pesan legitim yang menuntut upaya atau kiprah nyata. Setidaknya, sebagai pesan untuk membakar api persatuan dan kepaduan sebagai modal awal upaya bergotong-royong untuk mulai berinisiatif dan bertindak. 

Semangat Jerinx adalah api yang berusaha membakar dan mencairkan padatnya kepentingan diri-sendiri dari para elit di daerahnya; ia sedang mengetuk hati para elitnya yang juga  sedang tercekam ancaman penuh ketidakpastian; ia sedang bersikukuh dan tetap bersiteguh pada suara hatinya yang sedang dipenuhi tembang solidaritas kemanusiaan di atas segalanya, dan itu bukan upaya mudah apalagi remeh; tapi beliau tetap konsisten dengan jalan sunyi yang dipilihnya, 

ia bak seorang pecinta yang tak mau tahu tentang segenap aturan formal, ia bak seorang filsuf yang telah memilih isyarat nada sunyi dari pilihan hidupnya, pilihan kemerdekaannya. Ia bukan tak tahu tentang resiko gamblang dari laku berontaknya, tapi apakah arti resiko itu bila dibandingkan dengan derita fatalistik yang dihadapi dan dirasakan langsung oleh mereka yang terpinggir? 

Biarlah aku dan para sahabatku jadi korban sang iblis bengis covid, asalkan semua pengorbanan ini dapat mencairkan hati mereka yang berlebih dan menyelamatkan atau setidaknya meringankan beban mereka yang terpinggir dan tersudut. Betapa mulianya!

Ini cara baca yang ingin penulis sampaikan ke ruang publik, cara baca dari seorang penulis yang masih juga terpuruk tapi mendambakan aroma kemerdekaan sejati bak kiprah sang sosok vokalis SiD. Tak ada yang lebih berharga untuk diperhatikan di momen kemerdekaan negeri saat ini, setidaknya dari cara pandang pribadiku, selain berpaling ke polah kiprah sang maestro pembebasan wong cilik rakyat Bali yang menyangkal kepahlawanannya sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun