Mohon tunggu...
Purbo Iriantono
Purbo Iriantono Mohon Tunggu... Freelancer - Jalani inspirasi yang berjalan

"Semangat selalu mencari yang paling ideal dan paling mengakar" merupakan hal yang paling krusial dalam jiwa seorang yang selalu merasa kehausan kasih...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengalaman Berjumpa dengan Pentolan Garis Keras

9 Mei 2019   11:56 Diperbarui: 9 Mei 2019   12:41 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ini sekedar pengalaman perjumpaan dalam momen panjang  perjalanankaki-ku. Untuk menjaga privasi sengaja nama (identitas) dan tempat kusamarkan.

Nyaris tengah malam di daerah K, tiba-tiba langkahku terhenti karena ada suara bernada santun mengajakku ikut bersama mobil sedan (cukup) mewahnya yang berada tepat di muka lintasanku. Sekejap, sosok bersuara ramah itu keluar dari sedannya dan mempersilakanku duduk di bagian belakang.

Kulihat bagian depan sudah terisi dengan sosok lain.

Tanpa basa-basi aku menuruti ajakannya setelah menegaskan arah tujuanku.

"Ayolah, kuhantar bapak ke tujuan yang kebetulan searah. Bapak yang duduk di depan ini pun akan turun di kota yang anda tuju, jadi sekalian saja."
Kantuk dan lelahku yang sudah mendekati akut tentu saja menyambut gembira ajakan pria santun dan baik hati ini.

Dari saat aku menjatuhkan diri di jok belakang, sang penolongku tak henti-hentinya bicara (dan sedikit bertanya), sedangkan sosok pria di sebelahnya lebih banyak diam.

Agar tak bertele-tele, langsung saja kupaparkan rangkaian pembicaraannya yang menurutku bak kisah sukses seorang panglima perang jaman kuno dan yang, lagi-lagi masih menurutku, sangat "menumpulkan" rasa.

Menurut penolongku, ia dilahirkan sebagai anak kembar (selisih beberapa detik) dengan adiknya yang punya nama nyaris serupa. Status kelahiran kembar mereka ternyata menghasilkan produk akhir yang bertolak belakang.
 
Sang kakak (penolongku) menjadi kontraktor sukses di bidang permesjidan dengan banyak relasi dari para elit asing dunia arab. Beristri lima (satu sudah cerai),  dan anak delapan belas! Sedangkan adiknya hanya karyawan kantor biasa  beristri satu dan anak tiga.

Kisah sukses proses pendidikannya pun berbeda bak bumi dan langit. Kepiawaian sang kakak menjalin relasi dengan para dosen, berlanjut dan menghantarkannya ke arah kesuksesan sebagai kontraktor masjid dengan jaringan relasi sangat mapan. Sedang adiknya, hanya mahasiswa kutu buku biasa.

Perbedaan nasib yang mencolok ini (dari satu kelahiran kembar), meneguhkan keyakinan si kakak bahwa semua jenis ramalan itu omong-kosong! Menurutnya, lahir-kawin dan mati itu semata  rahasia Allah. Orang jawa pun sepakat dengan ini. Tapi, menurutnya, orang Jawa cenderung kurang teguh iman bahkan pada ajarannya sendiri (terkait lahir,kawin, dan mati), karena kegemaran mereka pada ilmu gathuk-gimathuk. Seharusnya, menurutnya, yang sudah dinyatakan sebagai rahasia Allah ya baku sebagai rahasia selamanya dan pada siapa pun. Akibatnya, orang Jawa jadi cenderung kurang atau bahkan alergi pada makna militansi. Iman mereka selalu mendua.

Tak lupa, ia pun memaparkan kisah sukses anak-anak yang dinafkahinya di dunia pendidikan dan kerja. Bahkan ia tidak berat tangan membayar denda berpuluh-puluh juta rupiah pada salah satu pesantren demi keinginan sang anak mendapatkan guru yang mampu mengajarinya menguasai Al'Quran secara mahir dan cepat. Anak-anaknya walhasil mencapai kesuksesan tertinggi versi sang ayah. Semuanya dijadikan serba instrumental, karena hanya dengan cara pandang itu-lah kesuksesan tertinggi dimungkinkan. Ajaran agama dan istri pun (jumlah empat) tak bebas dari hukum instrumental versinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun