[caption id="" align="aligncenter" width="403" caption="ilustrasi - gaji dokter naik"][/caption] Malam setelah menonton debat capres di sebuah stasiun televisi swasta, saya membuat status di salah satu media sosial berjudul seperti topik diatas menuai respon yang sangat luar biasa, baik kawan kawan saya di bidang medis maupun non medis. Bahkan ada yang membalas status saya dengan becanda, pilih presiden X gua santet loh… Saya menjadi rindu menulis sesuatu yang menurut asumsi saya pastinya berguna bagi anda semua.
Yang perlu diketahui , detik ini saya sekarang beruntung diperbolehkan oleh Tuhan Yesus untuk dapat mengikuti sekolah di Universitas Indonesia tepatnya Magister Kajian Administrasi Rumah Sakit dan sedang menjalani sebuah proses ujian akhir semester. Menanggapi topik diatas, saya sangat tertantang, mengapa? Karena salah satu tugas saya kedepan adalah menentukan dan menggaji dokter. Apa kata investor atau stakeholder kalo gaji dokter naik, apa sih harapan mereka ketika mereka mendirikan sebuah pelayanan kesehatan? Dan apakah dengan menaikkan gaji dokter itu sekonyong2 para dokter bahagia? Saya coba kupas sedikit di tulisan saya ini, tetapi sebelumnya ijinkan saya akan menjelaskan sedikit siapakah saya.
Saya adalah seorang dokter sekarang berumur 31 tahun , lahir di sebuah kota kecil yang saya cintai yaitu Surakarta, lulusan di salah satu universitas swasta di Jakarta. Mempunyai seorang istri yang luar biasa mendukung saya, dan 1 anak yang selalu ceria berumur 21 bulan. Saya lahir dari keluarga dengan latar belakang non medis dan bukan keluarga yang kaya. Harapan orang tua saya sangat tinggi ketika saya masuk di dunia kedokteran, dan puji Tuhan saya lulus dan dapat menyenangkan kedua orang tua saya. Setelah lulus saya bergabung dengan berbagai organisasi sosial antara lain YBM, ACORN, doctorshare, dan masih banyak yang lainnya. Kenapa saya masuk kesini? Ya karena saya tidak tahu habis lulus terus ngapain, praktek dokter dapatnya tidak mencukupi kehidupan saya pada waktu itu. Tetapi di organisasi sosial ini saya dibentuk menjadi pribadi yang berbeda, menjadi orang yang bisa melihat luas dimanakah posisi dunia kesehatan tersebut. Khususnya di doctorshare bersama “papi” (sebutan tersayang saya terhadap ketua dan pendiri doctorshare dr Lie Dharmawan sp BTKV) dan team doctorshare kita melakukan hal hal GILA, yaitu mencapai MURI untuk pengobatan gratis terbanyak dalam 1 hari, bukan hanya sekali tapi kita meraihnya 2 kali!! Bahkan bukan hanya itu kita menjadiorganisasi ataupun swasta yang nekad mendirikan Rumah Sakit Apung swasta di Indonesia (cek di http://www.doctorshare.org/ ) disini saya menguatkan prinsip hidup saya, yang pertama “diberkati untuk menjadi berkat bagi orang lain” dan yang kedua “in my life, I can make a living, make difference or make history.” Dan saya pernah ikut PTT ke Berau , Kalimantan Timur, disini menambah banyak sekali pengalaman hidup saya di dunia kesehatan. Juga pernah sebagai National Bussines Manager di sebuah Perusahaan multinasional alat kesehatan. (mau tau tentang saya cek fesbuk saya https://www.facebook.com/antonnyhalim )
Kembali ke topik semula, saya mulai dari sisi investor atau stakeholder, Kebetulan saya sering berdiskusi dengan para pengusaha muda di Solo , Jakarta , Surabaya, dan kota – kota yang lainnya tentang bisnis. Yang saya bisa pastikan mereka akan teriak – teriak tentang kenaikan gaji, yang pastinya mereka akan cenderung untuk berpikir 100xlipat untuk menaikkan gaji, siapapun investornya ataupun stakeholdernya, mreka ingin gaji orang yang bekerja kepada mereka adalah gaji yangterkesan “ kalo bisa” dibawah standar dengan mendapatkan keuntungan yang banyak bagi mereka (prinsip ekonomi). Apakah mereka salah? Ya tentu tidak sepenuhnya. Saya ilustrasikan paling gampang dengan kenyataan sekarang ini, anda mempunyai seorang pembantu (kerennya disebut asisten rumah tangga) entah itu ngurusin anak ato rumah, yang anda dapat dari penyalur dengan gajinya yang mreka bilang ajubileee gedenya,bahkan diatas UMR Jakarta, tetapi apa yang mereka lakukan kadang2 tidak sesuai ekspektasi kita,padahal kita sudah membayar dengan tingginya. Nah itulah yang dirasakan para investor atau stakeholder, mreka sudah membayar mahal tetapi hasil yang dihasilkan tidak sesuai yang mreka inginkan.
Di sisi seorang dokter, dengan naiknya gaji apakah seorang dokter akan senang? Saya jawab “YA PASTI SENANG”, tetapi apakah anda tahu bahwa yang dibutuhkan dokter bukanlah hanya sebuah gaji yang tinggi? Dokter adalah profesi yang sampe saat ini diinginkan oleh banyak orang, bahkan saya pernah tertawa di sebuah karikatur salah satu sebuah Koran nasional mengatakan “Gantungkanlah cita – citamu setinggi langit, tapi tolong jangan bercita-cita jadi dokter karena biaya kuliahnya jauh lebih tinggi dari langit itu sendiri.” Memang benar secara saya pribadi, apa yang didapatkan dokter tidak sebanding dengan apa yang mereka perjuangkan, saya Tanya ke dokter sub spesialis yang cukup ternama di solo , Jakarta,Surabaya,dan kota lainnya,mereka menjawab dengan cepat lebih enak menjadi pedagang atau pengusaha, untungnya lebih banyak. Nah saya mau menjelaskan poin penting apa yang dokter butuhkan sebenernya? Mereka hanya mau meningkatkan KUALITAS dan KUANTITAS hidup mereka, KUALITAS disini berbicara tentang bagaimana mereka dapat menikmati hidupnya dalam menjalani kehidupan pekerjaan dan keluarga, dibidang pekerjaan mreka ingin ilmu mereka dapat berkembang dengan baik dan benar, keluarga tentunya yang berbahagia yang konotasinya sama dengan anggapan anda. KUANTITAS berbicara tentang angka yang mereka dapatkan sesuai dengan apa yang mereka korbankan atau lakukan. Bahkan disaat era BPJS sekarang ini , para dokter pada galau karena mereka mendapatkan pendapatan yang konon dari asumsi mereka lebih rendah dari tukang parkir di solo, rp 2000/pasien. Beberapa waktu lalu saya berdiskusi dengan dosen saya yang merupakan ahli manajemen keuangan khususnya dibidang kesehatan, adanya gap sangat besar pendapatan antara dokter yang satu dengan yang lain, ada yang pendapatan hanya 2juta kebawah (dibawah UMR) sampai miliaran. Bahkan yang lebih parah lagi waktu saya Koas ada seorang dokter karena tidak cukup pendapatannya sebagai dokter ,dia harus berprofesi sebagai supir taksi yang katanya lebih menjanjikan untuk kehidupannya. Untungnya saya mengerti system BPJS, sebenernya tidak ada dokter yang rugi, tetapi memang pendapatannya berkurang. Buktinya info dari orang yang terpercaya sebuah grup rumah sakit swasta saja dalam proses pembangunan ratusan RS di seluruh pelosok Indonesia dengan komposisi 70% pasien BPJS sisanya pasien umum, kok bisa? yang jelas saya sudah membaca arah mereka yang brilliant.
Beberapa waktu lalu ada hal yang menarik, saya dihubungin oleh salah satu tim sukses capres, dia bertanya bagaimana caranya buat bisa “menarik hati” dokter? Secara garis besar saya menjawab dan menjelaskan untuk dunia kesehatan bukan hanya dokter, ada perawat, bidan, dan yang lainnya, lalu dengarkanlah suara hati mereka, saya yakin mereka inginkan utama tidak meminta kenaikan gaji tetapi KUALITAS dan KUANTITAS yang saya jelaskan di atas tadi
Saya mencoba mengharmonisasi kedua pihak tersebut dalam tulisan ini. Jawabannya SALAH SATUNYA ada di posisi Sumber Daya Manusia di bidang kesehatan. Investor butuh SDM yang berkualitas sehingga mereka rela untuk membayar lebih karena mereka juga mendapatkan hal yang setimpal, begitu pula sebaliknya SDM juga butuh para investor untuk menjalankan KUALITAS dan KUANTITAS hidup mereka.
Saya kutip kata kata Anies Baswedan “Apa kekayaan Indonesia? Bukan gas, tambang, laut, atau hutan. Tapi, kekayaan Indonesia terletak pada manusianya. Kita selama ini lebih tahu mengenai ekspor impor daripada sekolah, guru, kesehatan,.” Saya sependapat dengan perkataan beliau,Untuk Indonesia lebih maju, kita mempunyai sudah mempunyai modal yang cukup besar di mata dunia, Indonesia memiliki SDM yang sangat banyak. Tetapi mengubahnya agar menjadi handal? Ini Tips Saya agar menjadi sumber daya manusia yang handal di bidang apapun harus mempunyai 4 hal, yaitu
1. 1. Integritas
Integritas ditempatkan di posisi pertama karena hal yang paling penting, mencakup bagaimana sumber daya manusia tersebut jujur, adil, pola pikir yang baik dan benar, berakhlak mulia, tidak suka mencuri.
2. 2. Kepandaian
Kepandaian yang tidak dinilai dari nilai akademis saja, tetapi bagaimana orang tersebut dapat melakukan sesuatu yang baru maupun mengembangkan hal yang lama sehingga menjadi sesuatu yang baru dan membuat dampak bagi banyak orang, kita ambil contoh saja Thomas Alfa Edison. Beliau sempat dikeluarkan dari sekolah karena dianggap tidak mampu mengikuti pelajaran sekolah pada waktu itu, tetapi lihat karyanya yang luar biasa dalam menemukan lampu yang kita rasakan sampai sekarang. Banyak orang sukses bukan dimulai dari nilai akademis yang bagus, tetapi ada hal yang perlu diketahui lebih banyak orang yang tidak sukses karena nilai akademisnya tidak bagus.
3. 3. Networking
Manusia merupakan makhluk sosial, jadi selama hidupnya tidak mungkin dia hidup dengan sendiri, pasti berinteraksi dengan manusia lain secara langsung maupun tidak langsung. Nah di dalam networking ini berbicara tentang “siapakah anda tergantung dari teman dan lingkungan anda sekarang”. Anda mau kaya, belajarlah dari orang kaya, pelajari apa yang mereka lakukan, ikuti kehidupannya, dan berpikirlah seperti mereka.Begitu juga jika anda mau menjadi orang pintar dan berkualitas, belajarlah pada orang yan g pintar dan berkualitas.
4. 4. Modal
Modal disini kuncinya bukan seberapa besar modal yang anda miliki, tetapi seberapa kemampuan anda dengan modal yang anda miliki. Modal besar bukan jaminan sukses, tetapi modal kecil memiliki perjuangan yang lebih untuk sukses. Sering penulis mendengar dengan yakin dari berbagai orang yang berkata jika saya punya modal besar pasti saya kaya deh, tetapi ketika penulis menantang berapa sih modal yang anda butuhkan,saya akan modali anda, dan berapa yang dapat anda hasilkan untuk anda dan saya dengan modal tersebut, akhirnya orang tersebut tidak dapat melanjutkan pembicaraannya, karena tidak tahu yang akan dia lakukan. Jadi kuncinya adalah bagaimana menggunakan modal anda sekarang dengan baik dan benar, jika sudah dilaksanakan, niscaya modal besar tersebut pasti menghampiri anda untuk kesuksesan di depan.
Yang jelas siapapun presidennya besok, kita tetap mencari uang dan sesuap nasi dengan cara kita sendiri. Sebelumnya saya minta maaf jika tulisan ini menyakitkan pihak – pihak tertentu , tulisan ini hanyalah opini saya, dengan dasar pengalaman yang saya alami, beberapa buku dan petuah dosen saya. Dan pastinya dalam penulisan ini tata bahasa Indonesia mungkin tidak sempurna, tetapi tujuan saya agar anda lebih mudah mengerti apa yang ada di dalam pikiran saya sehingga memudahkan anda untuk membacanya.
Salam Indonesia Maju dan Sukses bagi anda semua!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H