Mohon tunggu...
Anton News
Anton News Mohon Tunggu... Dosen - Invisible Hand
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mencari jati diri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Antara Aku, Kamu dan Keyakinan Kita"

10 Oktober 2020   13:05 Diperbarui: 10 Oktober 2020   13:12 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Dokumentasi Pribadi

Kurasa tidak, karena tidak ada agama yang salah, karena semua agama hanya mengesakan satu tuhan. Perlu diingat bahwa pernikahan itu bukan hanya menyatukan dua insan saja, melainkan dua keluarga besar juga ikut bersatu. Jikalau pernikahan antara aku dan kamu bertemu "taqdir", sudah terbayang akan menjadi sebuah kebahagiaan sekaligus luka dan dosa. Sebab pernikahan yang sebenarnya harus mendapat ridhlo dari tuhanku, mendapat restu dari kedua orang tua, keluarga dan semua orang yang ada disekitarnya. Maka tanpa keyakinan yang sama pernikahan itu tidak akan mampu memeluk restu semuanya, tentu akan ada yang harus dikorbankan.

Syarat sah dalam pernikahan menurut ajaranku, yaitu :

1. Sama-sama beragama islam

2. Bukan laki-laki mahrom bagi calon istri

3. Wali nikah

4. Tidak sedang berhaji

5. Bukan karena paksaan.

Nah, kan agamaku mengharuskan menikah dengan orang yang seiman, artinya harus sama-sama beragama islam, hal ini sesuai dengan sebagaimana pernyataan tuhan-ku dalam QS. Al-Mumtahanah ayat 10 :

Gambar : Dokpri
Gambar : Dokpri
"Mereka (wanita-wanita muslimah) tiada halal bagi orang-orang non muslim dan orang-orang non muslim tiada halal pula bagi mereka".

Agamamu juga tentu mengajarkan hal seperti itu, bukan?

Lalu apakah kita boleh memaksakan itu? 

Memaksakan bersatu dalam garis perbedaan yang besar?

Bukankah kita akan menyakiti kepercayaan kita?

Akankah kita menyakiti keluarga kita sendiri, terutama orang tua yang telah membesarkan dan mendidik kita sedari kecil?

Dan yang paling penting harus dipikirkan, jika kita menikah dalam kondisi perbedaan keyakinan ini, lalu bagaimana nantinya dalam mengajarkan, mendidik dan membesarkan keluarga kecil kita?

Aku akan bertahan dengan keyakinan aku apapun yang terjadi, karena itu prinsip yang telah melekat di dalam diri dan hatiku dan aku yakin kamu juga akan melakukan hal yang sama dengan aku, kecuali tuhanku memberikan taufiq serta hidayah-Nya.

Sesuatu yang sangat bodoh, mengorbankan tuhannya demi cintanya kepada seorang manusia biasa. Banyak orang diluar sana yang berkata bahwa 'apakah kamu tidak bisa mendapatkan lelaki lain yang dapat kamu cintai karena Allah yang sama-sama muslim sepertimu?', 'seperti tidak ada lelaki lain saja!'.

Memang aku manusia biasa yang telah dibutakan oleh cinta! 

Namun bukankah kita tidak bisa memilih kepada siapa hati ini akan belabuh? 

Tentu kita tidak tahu kepada siapa hati ini akan jatuh cinta, sangat sulit rasanya menghindari cinta yang saat ini tengah bergejolak, berbunga-bunga serasa berada di syurga karena kurasakan keindahannya. Namun aku rela melepas-mu dengan ikhlas demi keyakinanku pada-Mu ya Allah ..., aku rela melepaskanmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun