Mohon tunggu...
Anton Leo
Anton Leo Mohon Tunggu... Perawat - Noli Timere, Ego Tecum Sum

Sering-sering berkunjung ya. Hehehe

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Panggilan Khusus Memberikan Kebahagiaan Tersendiri

21 April 2022   21:31 Diperbarui: 21 April 2022   21:59 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di zaman modern 4.0 ini anak di usia yang masih belia sudah mulai disibukkan dengan mengejar dan mengumpulkan sesuatu, yang sering kita sebut dengan “Uang”. Uang merupakan salah satu bagian dari harta duniawi. Harta duniawi terdapat berbagai macam yaitu uang, mobil, emas, rumah mewah, dsb. Ternyata bukan hanya harta yang dikejar-kejar olehj kebanyakan orang, tetapi juga tahta dan wanita bagi para pria mapan. 3 hal itu harta, tahta, dan wanita sangatlah mempengaruhi kehidupan bagi kebanyakan orang yang ingin hidupnya bahagia. Karena jikalau belum mendapatkan itu semua sepertinya kebahagiaanya belum lengkap.

Kebahagiaan setiap orang itu berbeda-beda sesuai dengan keadaanya masing-masing. Ada yang menurutnya bahwa bahagia itu punya segalanya, punya banyak uang, punya mobil mahal, punya rumah mewah, punya kekuasaan, bahkan punya wanita di mana-mana. Hehehe.. Ya begitulah sifat manusia yang tidak pernah puas. Walaupun sudah punya segalanya tetap saja menginginkan yang lebih lagi dari yang dimiliki saat itu. Seperti yang marak saat ini banyak para pejabat yang sudah mempunyai penghasilan besar, tetapi tetap saja masih melakukan segala cara untuk mendapatkan yang lebih lagi. Pertanyaanya apakah mereka berkekurangan? Atau mereka belum puas?

Beda dari kehidupan pada umumnya seperti yang penulis katakan diatas. Kehidupan yang satu ini juga mempunyai letak kebahagiaan yang berbeda pula. Seperti salah satu contoh yang sempat mengejutkan para netizen, yaitu seorang anak konglomerat, anak dari pengusaha ternama di Indonesia, rela meninggalkan kehidupannya yang mewah itu. Padahal ia adalah anak satu-satunya dan pastinya akan mendapatkan harta warisan yang cukup berlimpah dari orang tuanya. Tetapi saat ini ia berani mengambil langkah yang bisa dibilang begitu ekstrem, yaitu keluar dari kebiasaan hidup sebelumnya. Ia memilih menjadi seorang biarawati yang hidup penuh dengan kesederhanaan, yang jauh dari kata kemewahan.

Anak seorang pengusaha itu yang saat ini telah menjadi seorang biarawati adalah salah satu contoh hidup yang menghayati kaul kemiskinan. Di dalam Gereja Katolik terdapat 3 kaul yang harus diucapkan dan dihayati oleh seorang kaum religius, yaitu kaul kemiskinan (hidup yang tanpa terikat dengan harta duniawi), kaul kemurnian (hidup selibat, tidak berkeluarga), kaul ketaatan (taat pada pemimpin). Ketiga kaul ini diucapkan oleh para imam biarawan dan biarawati. 

Sedangkan imam diosesan (Keuskupan) hanya menghayati ketiga hal tersebut. Disini penulis mau menekankan pada kaul kemiskinan yang kaum religius ucapkan dan hayati. Karena begitu berbeda dengan kehidupan dari kebanyakan orang, yang selalu mengejar materi harta duniawi. Kaum religius disini dituntut untuk tidak terikat dengan harta duniawi. Mereka diharuskan untuk fokus pada harta surgawi. Di sini harta surgawi diyakini yang akan menjadi kebahagiaan sejati bagi mereka.

Kaum religius hidup dengan sederhana demi Kerjaan Allah. Kerajaan Allah itulah yang mereka impikan selama hidup di dunia ini. Kaum religius adalah pengikut Kristus sejati. Karena mereka hidup berdasarkan ajaran dan perbuatan dari Yesus Kristus, sebagai Tuhan dan Guru bagi kaum religius dan seluruh pengikut-Nya. Guru yang harus di teladani hidup-Nya. Segala ajaran dan perbuatan-Nya itulah yang mereka hidupi di dalam kehidupan membiara mereka. Salah satu ajaran Yesus yang mereka hidupi terdapat dalam Injil Yohanes 19. Jadi, di sinilah letak inti dari kebahagiaan menurut panggilan hidup manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun