Perpisahan mungkin kata yang terlalu kejam untuk kita yang sudah saling mengenal dan sangat dekat. Pada kenyataanya kita tentu akan bisa saling jumpa di lain kesempatan di masa yang akan datang. Pisah Tugas mungkin lebih ringan rasanya.
Tapi sama saja, kita tetap bersedih karena bagaimanapun kita tidak bisa saling sapa seperti minggu kemarin di parkiran sekolah, kita tidak bisa minum kopi bersama sembari duduk di menghadap bukit, tidak bisa nongkrong di teras ruang - ruang sekolah dan menghabiskan waktu di ruang tenis meja.
Apakah nanti akan saya temukan lagi kenikmatan seperti dalam kalimat "Arik, mau minum kopi?, "ada bawa bet? Ayo!" Atau "no cepat, masih kurang satu orang!" Dan yang paling nikmat, "kami bawa bekal, mari kita makan sama-sama".
Momen seperti ini akhirnya benar-benar selesai. Perih rasanya melihat kakak, sahabat, teman, yang sehari-hari lebih banyak bercanda, tapi pada moment itu menangis dengan sangat serius. Bapak - bapak yang keseharian tampil sangat berwibawa tak kuat membendung air matanya, Ibu-ibu yang tiap pagi tampil tegas dengan suara lantang jatuh air matanya di hadapan siswa.
Tidak begitu lama kita bersama tapi cinta untuk kami yang begitu dalamnya. Sampai dibuatkan acara perpisahan untuk tenaga honor sekolah adalah anugerah yang tidak semua orang alami.
Budi baik bapak-ibu untuk saya dan keluarga begitu banyaknya. Kami diantar ke altar pernikahan, mendukung perjalanan kami. Kado terbungkus yang sangat besar saat itu akan kami bawah sebagai salah satu kenangan bukti cinta dari bapak-ibu untuk kami.
Â
Terima kasih SMPN 1 Lewolema
Terima kasih ibu bapak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H