Kamis pagi pukul 7.15 pagi ada pesan masuk di whatsapp, "Pa Ton, ayo besok pagi ke Ile Bura, mereka undang beri materi di sana, sore pulang". Gass ! Demikian jawab saya singkat tanda sepakat.
Itulah obrolan pagi dua orang bapak - bapak yang mulai bermasalah dengan berat badan, punya rencana olahraga yang digarap serius seperti program kerja organisasi namun urung terlaksana dengan alasan klasik, 'besok saja, masih banyak kesempatan'.
Malam harinya kurang lebih jam 08.00 Pa Maksi mulai membagi bagian materi untuk kami berdua. Berbekal pengalaman bersafari dalam giat literasi di banyak wilayah ternyata cukup mudah bagi beliau mengkonsep kan cara penyajian materi untuk giat literasi di sekolah.
Ibarat mengolah makanan, konsepkan sebuah kegiatan bagi beliau seperti menggoreng telur. Ceplok ke minyak panas dan selesai, siap dinikmati dengan tambahan kangkung tumis, kerupuk dan nasi putih.
Selesai mempersiapkan materi pada pukul 10.30 malam, dilanjutkan dengan potong rambut. Katanya biar ganteng maksimal, apalagi uban dikepalanya yang mulai banyak. Â Semangat boleh tetap membara tapi faktor usia tidak bisa dipungkiri. Tua !
Jumat (17/6) pukul 6 pagi, sepeda motor Mio berplat nomor wilayah Jogja saya telah melaju ke arah barat. Beberapa kali saya harus rem mendadak, menghindar dari gerombolan anjing yang nongkrong di jalan, saat jalanan masih sepi. Apa mungkin anjing-anjing tersebut memang menjalani pola hidup sehat dengan olahraga pagi ?
Sejuknya udara pagi dan sakit pinggang khas bapak-bapak memaksa kami berkendara selama 2 jam, dari yang biasanya oleh masyarakat setempat cuman 1 jam. Banyak sekali topik obrolan kami sepanjang jalan, mulai dari pengalaman mengajar selama ini, lalu berganti ke masa-masa sekolah menjadi ketua kelas, siswa yang nakal sampai dengan kisah tentang pacar pertama, kalau saya tidak salah dengar Pa Maksi katanya sudah mulai jatuh cinta sejak ada di bangku sekolah dasar.
Ketika tiba di Desa Lewotobi, Kecamatan Ile Bura Kabupaten Flores Timur, bersama kepala sekolah dan para guru, 19 siswa angkatan pertama SMA Swasta Ile Bura telah berdiri memberi sambutan yang hangat buat kami berdua dan juga bapak Jack Arakian, mantan camat Ile Bura yang turut menjadi pemateri dalam kegiatan dimaksud.
Di atas pasir pantai, beralasakan terpal biru, di bawah rindang pohon asam mereka berdiri, bernyanyi, tepuk tangan menyambut kedatangan kami. Suasana penuh keakraban. Tampak laut biru, ombang bergulung dan pulau-pulau kecil, menjadi latar belakang yang apik.