Mohon tunggu...
Antonius Naibaho
Antonius Naibaho Mohon Tunggu... wiraswasta -

MC - Blogger - Traveler - Guide - PR | Duta Pariwisata | Duta Simatah Daging | Duta Muda Berbakat | founder @pariwisataSUMUT @travelingMEDAN @teaterMEDAN

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tor Tor Dua Jari

25 Juli 2014   09:37 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:17 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sehari sebelum pencoblosan, hari dimana abang saya akan menikah.

Ya.. seperti pemilu, Tuhan tengah menikahkan orang yang layak menjadi pemimpin bangsa ini. Indonesia dengan keberagaman agama dan suku. Namun sedikit menyinggung soal agama dan suku, mungkin masyarakat sudah tahu tetapi banyak yang tidak bisa menghargai itu dalam hal mencari pemimpin.

Disepanjang perjalanan pulang kampung, sosok calon presiden sepertinya menjadi obrolan menarik bagi setiap orang, renyah rasa nano-nano. Tak pernah sekalipun saya merasakan euphoria ini, elektabilitas yang bahkan mampu mengalahkan piala dunia.

Berbicara mengenai pilihan, setiap orang pasti memiliki. Kadar rasa memiliki itu saja yang berbeda. Ada yang berjuang mati-matian mendukung calonnya karena ikhlas namun ada juga yang mendukung calonnya karena takut lengser, kedok terbuka, atau bla bla bla dan bla bla bla. *sila teruskan*

Fenomena calon presiden bahkan menembus kebudayaan lokal.

Ini yang saya takjubkan.

Disetiap upacara pernikahan adat batak, akan ada suguhan menarik. Dimana kedua belah pihak keluarga akan  manortor (menari) dengan iringan musik tradisional batak. Pesta bagi orang batak bukanlah sesuatu hal yang biasa saja seperti apa yang orang kebanyakan pikir, tetapi pesta adalah ritual sakral.

Disinilah ketakjuban itu dimulai,

Tepat disaat upacara pernikahan berlangsung, pihak mempelai dari perempuan berdiri, melalui parhata-hata (tokoh adat) keluarga mempelai perempuan meminta waktu untuk menari dan mereka menyebut jenis tariannya “Tor Tor Dua Jari”.

Dan saya yakin anda tau slogan tersebut ditujukan untuk siapa. Inilah kekuatan Jokowi, dimana sesuatu hal yang amatlah ritual mampu ditembusnya. Padahal bila dinilai secara sederhana, Jokowi bukanlah orang Batak dan bukan pula orang Sumatera Utara.

Saya sempat bertanya, kenapa mereka rela membuat tortor yang begitu sakral dibumbui slogan “Dua Jari”

Dengan wajah berapi-api, khas batak. Beliau berkata. “Pemimpin yang mengerti rakyat adalah pemimpin yang berasal dari rakyat”

Ah, salam dua jari…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun