Mohon tunggu...
Antonius Lambok Ginting
Antonius Lambok Ginting Mohon Tunggu... -

Nama : Antonius Lambok Ginting TTL : Medan, 22 Maret 1989 Alamat : Jalan Pasar 3 No 152 Medan Agama : Kreisten Protestan Pendidikan : - SD Negeri 064966 (tamat tahun 2001) - SMP Negeri 12 Medan (tamat tahun 2004) - SMA Negeri 3 Medan (tamat tahun 2007) - Mahasiswa Ilmu Sejarah USU Stambuk 2007. Kegiatan : - Paduan Suara SMA Negeri 3 Medan. - Loper koran. - Konter pulsa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Refleksi Kemerdekaan Indonesia

23 Agustus 2011   02:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:32 1400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Bangsa ini telah genap berusia 66 tahun. Usia 66 tahun adalah usia yang dapat dikategorikan sebagai usia dewasa bagi sebuah negara. Usia yang dianggap cukup untuk membenahi segala bidang guna mewujudkan kehidupan yang sejahtera, adil dan makmur bagi setiap warganya."

Kemerdekaan bangsa ini dicapai tidak secara cuma-cuma atau gratis dari bangsa penjajah, melainkan melalui perjuangan para pahlawan yang rela mengorbankan harta, benda, keluarga hingga mengorbankan nyawa mereka sendiri. Selama kurang lebih 3,5 abad bangsa asing mulai masuk ke Indonesia lalu menjajah negeri ini dan menguras seluruh hasil bumi yang menyebabkan kesengsaraan bagi penduduk pribumi. Beberapa contoh bangsa asing yang pernah merasakan kekayaan hasil bumi Indonesia adalah Portugis, Inggris, Spanyol, Belanda dan Jepang. Belanda adalah bangsa yang paling lama menjajah Indonesia dan Jepang adalah bangsa yang dikenal paling kejam walapun Jepang menjajah Indonesia dalam kurun waktu yang singkat, yaitu kurang lebih 3,5 tahun.

Sebenarnya perlawanan terhadap bangsa asing yang hendak menjajah negeri ini telah dilakukan sejak zaman kerajaan. Para raja tentu tidak senang apabila para bangsa asing tersebut datang dan mulai mengusik wilayah kekuasaannya. Oleh karena itu, para raja dari kerajaan-kerajaan di Indonesia mulai melakukan perlawanan terhadap bangsa asing yang hendak mengganggu ketenteraman kerajaan mereka. Namun, perlawanan seperti ini masih bersifat kedaerahan, tentunya tidak akan mampu untuk mengimbangi kekuatan dari bangsa asing yang memiliki persenjataan lebih lengkap dan modern. Akan tetapi, segala bentuk perjuangan yang pernah dilakukan tidak akan pernah sia-sia. Lewat perjuangan yang berkesinambungan, bangsa ini berhasil merebut kemerdekaannya dari tangan penjajah. Dan teks proklamasi yang dibacakan Bung Karno pada 17 Agustus 1945 menjadi sebuah legitimasi kemerdekaan bangsa Indonesia. Seluruh penduduk Indonesia dari berbagai lapisan masyarakat menyambut gembira peristiwa yang sangat bersejarah ini. Khususnya bagi mereka para pahlawan, mereka berharap kemerdekaan yang telah mereka perjuangkan ini nantinya tidak akan pernah sia-sia dan dapat diwariskan kepada generasi penerus guna mewujudkan kehidupan yang lebih baik.

Seiring berjalannya waktu, bangsa ini telah tumbuh menjadi negara yang berkembang. Indonesia dianggap sebagai salah satu negara yang berkembang pesat dan cukup disegani di kawasan Asia. Beberapa buktinya adalah Indonesia pernah menjadi salah satu negara yang memiliki angkatan laut terkuat di kawasan Asia, Indonesia pernah mendapat julukan Macan Asia dan tidak jarang Indonesia terlibat dan berperan penting dalam kegiatan dunia internasional. Dari uraian di atas, dapat disimpukan bahwa Indonesia adalah bangsa yang seratus persen telah merdeka.

Namun, jika membandingkan dengan keadaan yang sekarang, dimana Indonesia telah berusia 66 tahun, sepertinya segala bentuk prestise yang pernah melekat pada bangsa ini perlahan mulai lekang. Belum lagi hilang dari ingatan kita, Indonesia tidak dapat berbuat banyak saat beberapa pulaunya diserobot oleh negara tetangga. Indonesia bukan lagi sebagai Macan Asia seperti yang dikenal dahulu dan kehidupan penduduk negeri ini juga semakin jauh dari kata makmur.

Memperingati Dirgahayu RI yang ke-66, kita dapat melihat gejala yang menunjukkan berkurangnya nasionalisme bangsa ini. Nasionalisme merupakan paham yang menunjukkan rasa bangga terhadap bangsanya sendiri. Kurangnya nasionalisme disebabkan minimnnya pengetahuan tentang nilai-nilai sejarah dalam diri setiap individu. Apabila hal ini tidak segera dibenahi maka akan sangat berpengaruh terhadap masa depan bangsa ini. Beberapa contoh kecil berkurangnya nasionalisme tetapi terjadi secara nyata di tengah-tengah masyarakat misalnya seperti kurangnya kesadaran masyarakat "hanya" untuk memasang bendera di depan rumah, kantor atau pertokoan. Alasannya beragam, mulai dari malas, cuaca buruk dan lain sebagainya.

Jika ditinjau dari sudut pandang, gejala ini mulai terlihat sejak era reformasi karena pada masa orde baru, pemasangan bendera adalah sesuatu yang bersifat wajib. Sejak era reformasi, animo masyarakat untuk turut andil dalam memeriahkan Dirgahayu RI juga berkurang. Pada masa sekarang ini sudah sulit ditemukan perlombaan-perlombaan 17-an. Padahal pada masa orde baru, suasana 17-an telah dirasakan sejak awal Agustus. Perlombaan 17-an merupakan kegiatan rutin setiap tahunnya dan sudah menjadi budaya baru di negara ini. Melalui kegiatan ini dapat ditanamkan nilai-nilai nasionalisme ke dalam diri generasi muda yang nantinya menjadi penerus bangsa. Contoh, dalam permainan panjat pinang yang paling sulit diraih adalah bendera dan harus melalui usaha keras untuk mendapatkannya. Dari hal kecil tersebut terkandung nilai pembelajaran yang sangat tinggi yaitu untuk merebut kemerdekaan, para pahlawan berjuang mati-matian tanpa mengenal lelah dan tentunya disertai dengan rasa keikhlasan hati. Terakhir, hal yang paling ironis adalah bangsa ini pada kenyataannya kurang menghargai jasa-jasa para pahlawan yang masih hidup hingga sekarang. Mereka yang dahulu telah mengorbankan segalanya untuk kemerdekaan Indonesia justru mendapatkan imbalan berupa kehidupan yang tidak layak disisa umur mereka. Padahal dapat dibayangkan apabila dahulu para pahlawan tidak mau berjuang, pastinya Indonesia masih dalam penjajahan bangsa asing.

Secara umum, Dirgahayu RI pada masa sekarang cenderung hanya dilakukan sebatas pelaksanaan upacara, pidato, atraksi pesawat Sukhoi, pertunjukkan drum band dan pertunjukkan yang bersifat hiburan lainnya. Beberapa hal di atas memang tidak dapat dijadikan sebagai tolok ukur yang mutlak terhadap tingkat nasionalisme negara ini. Akan tetapi dari uraian di atas kita dapat merenungkan dan menilai bahwa nasionalisme bangsa ini mulai dipertanyakan. Untuk itu diharapkan masyarakat semakin sadar bahwa rasa nasionalisme itu sangat penting. Dan pemerintah melalui kebijakan-kebijakannya harus mampu menyelenggarakan program-program yang dapat menumbuhkan rasa nasionalisme dan rasa cinta terhadap tanah air. Jika rasa nasionalisme itu mulai ditanamkan dalam setiap individu, bukan sesuatu yang mustahil bangsa Indonesia akan menjadi sebuah negara yang sejahtera, adil dan makmur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun