[caption id="" align="aligncenter" width="526" caption="Presiden Rusia saat ini, Vladimir Putin."][/caption]
“To declare the Cold War over, and declare democracy has won out over totalitarianism, is a measure of arrogance and wrong-headedness.”
(Alexander Haig)
Sebuah kutipan dari Alexander Haig , sekretaris pribadi mantan presiden AS, Ronald Reagen, mungkin kutipan yang paling cocok untuk membuka tulisan ini. Untuk mengatakan bahwa Perang Dingin telah usai, dan demokrasi telah menang dari kediktatoran adalah sebuah tindakan arogan dan sesat pikir.
Apabila kita melihat fakta sejarah, memang telah tercatat bahwa Perang Dingin telah berakhir tahun 1991. Perang Dingin yang berlangsung selama 47tahun antara Amerika Serikat dan Uni Soviet untuk berlomba meraih pengaruh di dunia ini “resmi” berakhir ditandai dengan diruntuhkannya Tembok Berlin di Jerman. Hasilnya seperti yang kita ketahui , Amerika Serikat “menang” dengan gagasan demokrasinya, dan Uni Soviet dengan gagasan “komunisme” nya telah kalah , dan Uni Soviet pecah menjadi banyak negara yang ada hingga saat ini.
Namun, apabila melihat dinamika geopolitik yang ada saat ini, dapat dilihat bahwa benih-benih Perang Dingin telah muncul. “Uni Soviet” yang kalah pada saat itu tampaknya ingin kembali unjuk gigi dalam meraih pengaruhnya di dunia. Aktor utama yang ingin membangkitkan semangat itu adalah Vladimir Putin , presiden Rusia saat ini.
Vladimir Putin adalah orang yang paling ambisi untuk mewujudkan kembali semangat tersebut. Putin yang sekarang menjadi presiden Rusia , sebelumnya telah menjadi presiden Rusia dua kali pemerintahan, sejak tahun 2000-2008. Namun karena konstitusi Rusia membatasi seseorang hanya maksimal menjabat dua kali menjabat menjadi presiden, pada tahun 2008 Putin tidak dapat mencalonkan diri menjadi presiden. Dengan segala akrobat politik, Putin yang saat itu masih sangat populer di Rusia mempromosikan temannya,Dmitry Medvedev untuk menjadi presiden, dan benarlah pada 2008, Dmitry Medvedev menjadi presiden Rusia. Dan sebagai balas budi, Putin ditunjuk sebagai Perdana Menteri dalam pemerintahan Medvedev. Bisa dikatakan , Medvedev ini hanya dijadikan “boneka” oleh Putin, karena selama masa pemerintahannya pun, pengaruh Putin lah yang paling kuat.
Setelah 4 tahun pemerintahan Medvedev, pada 2012 kembali dilakukan pemilihan umum, dan hasilnya sudah bisa ditebak bahwa Vladimir Putin lah yang keluar menjadi pemenang, dengan kemenangan telak diatas 60%, meninggalkan kompetitornya yang paling banyak hanya meraih 17% suara. Yang menarik, pada pemilu 2012 ini , Dmitry Medvedev pun sampai tidak mencalonkan diri kembali menjadi presiden, ini dilakukan untuk melapangkan jalan Putin untuk berkuasa kembali. Melihat hasrat yang sangat besar Putin untuk terus berkuasa di Rusia ini bukan tidak mungkin, suatu saat Putin ini benar- benar menjadi dictator baru di era modern.
Mencermati sepak terjang Putin selama berkuasa di Rusia saat ini, telah jelas sudah sikap Putin, Ia sering mengambil sikap yang bertentangan dengan dunia Barat (baca : Amerika Serikat) , dan ingin mengulangi kejayaan Uni Soviet masa lalu, dengan mencari pengaruh di dunia saat ini.
Berikut ini adalah beberapa fakta yang menurut penulis bahwa Putin sedang membawa dunia pada Perang Dingin Jilid 2, membangkitkan kejayaan Rusia masa lampau.
1.Rusia mendukung penuh Bashar Al Assad di Suriah.
Konflik perang di Suriah antara pembrontak yang ingin menjatuhkan presiden saat ini Bashar Al Assad telah berlangsung selama 3tahun, dan hingga saat ini belum ada tanda-tanda akan berakhir. Pemerintah Suriah pimpinan Bashar Al Assad yang mengerahkan segala kemampuan militer untuk mengalahkan para pembrontak ini malah sering kali membunuh warga sipil yang tidak bersalah. Ratusan ribu orang tidak bersalah telah mati sia-sia selama perang 3tahun yang tidak berkesudahan ini.
PBB yang dimotori pihak Barat (Amerika Serikat) yang mengecam Pemerintah Suriah ini mengancam akan menjatuhkan Bashar Al Assad dengan melancarkan serangan kepada Suriah. Namun Russia menolak opsi tersebut, Rusia malah membantu Pemerintah Suriah dengan terus membantu persenjataan pemerintah Suriah dan melatih pasukan Suriah.
Dalam hal ini, penulis berpendapat bahwa Rusia ingin mencari pengaruhnya di kawasan Timur Tengah, kawasan yang biasanya selalu “dimonopoli” Amerika Serikat.
2.Rusia membentuk IMF dan Bank Dunia tandingan.
Menamakan diri, BRICS, Rusia bersama Brazil, India, China, dan Afrika Selatan membentuk sebuah IMF (International Monetery Fund) dan Bank Dunia tandingan. Lembaga financial yang dinamain Contingent Reserve Arrangement(CRA) ini dibuat untuk mengurangi dominasi Amerika Serikat dalam system perekonomian global saat ini. Sistem perekonomian global saat ini selalu berpatokan ada dollar AS, dan hal ini ingin dikurangi dengan berdirinya CRA ini.
3.Rusia mulai melakukan politik mercusuar.
Politik mercusuar ini adalah sebuah istilah yang terkanl pada zaman pemerintahan bapak bangsa kita, Soekarno. Politik mercusuar dilakukan untuk menunjukan kehebatan kita pada dunia luar. Pembangunan megaproyek Gelora Bung Karno dan menggelar Asian Games di Jakarta tahun 1962.
Dalam konteks Rusia, penulis berpendapat bahwa Rusia sedang melakukan cara politik ini, untuk menunjukan kepada dunia kehebatan Rusia. Pada tahun 2014, Rusia menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin di Sochi. Dan bagi penggila sepak bola, pasti sudah mengetahui bahwa Piala Dunia 2018 nanti juga akan digelar di Rusia.
Dua contoh tadi menurut penulis cukup menggambarkan bahwa Rusia sedang melakukan politik mercusuar, dan ingin menunjukan kepada dunia kehebatan negara mereka.
4.Rusia “membatasi” pengaruh Barat di negaranya.
Di berbagai kesempatan Rusia dibawah pimpinan Putin sering mengambil sikap yang controversial dan sangat bersebrangan dengan Dunia Barat (Amerika Serikat). Dan di negaranya pun, Rusia sangat membatasi pengaruh dari dunia Barat.
Kabar terbaru menyebutkan bahwa beberapa toko Mc Donalds di Moskwa. Pemerintah setempat berdalih mereka menutup secara tiba-tiba gerai Mc Donalds dengan alasan kesehatan. Dan kabar lainnya juga menyebutkan bahwa pemerintah Rusia berencana melarang peredaran wiski asal AS merk Jack Daniels di Rusia.
Dari kedua hal kecil tersebut, dapat menjadi contoh jelas bagaimana Rusia berusaha membatasi pengaruh Barat di negaranya.
Yang telah dijabarkan adalah alasan penulis hingga dapat menyimpulkan bahwa Perang Dingin jilid 2 akan segera benar- benar terjadi. Namun, keempat hal ini mungkin hanya menggambarkan sebagian kecil manuver yang telah dilakukan Rusia dibawah pimpinan Putin selama satu decade terakhir.
Apabila melihat dinamika yang ada saat ini, Pemerintah AS pimpinan Barack Obama belum terlalu menanggapi dengan serius manuver aroma Perang DIngin yang terus dilancarkan Rusia dibawah pimpinan Vladimir Putin ini.
Namun , kita semua tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya apa yang terjadi. Kita sebagai orang awam hanya dapat berharap bahwa Perang Dingin jilid 2 ini jangan sampai terjadi lagi, karena seluruh umat dunia pasti ingin merasakan kedamaian. Hidup berdampingan secara damai beriringan dengan indahnya pluralitas.
“You may say I'm a dreamer, but I'm not the only one. I hope someday you'll join us. And the world will live as one.”
(John Lennon)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H