Yesus pernah mengatakan,"Tuaian memang banyak tetapi pekerja sedikit." Tuhan memberikan kepada kita benih benih panggilan entah itu dari kehidupan dari kehidupan sehari hari, mengikuti misa, membaca kitab suci, tetapi terkadang kita bahkan tidak menyadari karunia yang diberikan-Nya itu.Â
Dan ketika kita menyadari hal itu pasti kita dihadapkan oleh dua pilihan, apakah kita akan menerima dan menanggapi panggilan tersebut ataukah hanya akan membiarkannya begitu saja.Â
Ketika kita ingin menanggapi panggilan tersebut, terkadang kita terpikirkan oleh hal hal yang membuat kita ragu ragu, apakah yang saya pilih ini benar dan sesuai untuk hidupku kedepannya? Jujur, saya sendiri juga pernah terpikirkan hal itu. Namun saya menyadari bahwa kita seharusnya tidak perlu ragu dan takut karena Tuhan selalu memiliki cara tersendiri untuk di dalam setiap langkah kita karena apa yang di lakukan oleh Tuhan itu selalu baik adanya.Â
Lalu untuk membesarkan benih panggilan agar menjadi lebih kuat dan dapat berbuah, saya masuk ke salah satu sekolah formasi di Magelang yang terkenal akan cara mereka dalam membimbing dan merawat benih benih panggilan itu agar dapat berbuah dan bahkan di tempat inilah banyak orang orang yang terkenal dan hebat seperti Jakob Oetama pendiri kompas, Kardinal Suharyo, Uskup Rubiatmoko, dan masih banyak lagi. sekolah formasi ini bernama Seminari Menengah St. Petrus Canisius Mertoyudan.
Seminari Menengah St. Petrus Canisius Mertoyudan adalah sekolah bagi para calon imam yang selalu menghasilkan bibit bibit iman yang selalu unggul. Kenapa bisa demikian? Karena disini kita diajarkan begitu banyak hal mulai dari bagaimana kita untuk mengolah rasa di dalam diri kita.Â
Kenapa bisa begitu? Karena disini kita diajarkan begitu banyak hal mulai dari bagaimana kita dapat mengolah rasa di dalam diri kita seperti kepedulian, kepekaan, dan pengendalian emosi. Kita juga dapat membuat relasi yang erat dengan Tuhan melalui berbagai macam kegiatan kerohanian di tempat ini.Â
Kita diajarkan juga untuk mampu hidup dengan semangat yang membara dan tanpa rasa malas seperti di saat kita setiap hari selalu opera (bersih bersih) setiap hari lalu juga kita diajarkan untuk menghilangkan rasa manja dengan mencuci dan menyetrika sendiri dan juga hidup dengan penuh syukur untuk hari dan pengalaman yang setiap hari kita maknai dan juga bersyukur atas makanan yang selalu disediakan dengan penuh ketulusan dan cinta kasih.
Diluar sana banyak orang yang bertanya kepada kita mengenai hal yang membuat kita merasa senang dan betah di seminari ini karena yang mereka pikir lebih baik di dunia luar yang dimana mereka semua bisa bebas melakukan apa saja dalam melakukan berbagai kegiatan dan tanpa larangan.Â
Tetapi itu yang justru membuat para seminaris betah dan bersyukur karena bisa bersekolah di seminari mertoyudan ini karena dengan adanya peraturan yang dibuat oleh para pamong dan kepala sekolah, kita semua bisa hidup dengan penuh kebebasan yang positif tanpa adanya pengaruh pengaruh yang menghambat perjalanan hidup panggilan kita seperti kecanduan akan rokok, obat obatan, minum-minuman beralkohol dan juga bisa hidup tanpa bergantung pada gadget terutama di era digital ini
 sehingga karena kebebasan yang positif ini kita dapat leluasa untuk mampu berekspresi dan mengolah daya kreativitas yang bisa kita tuangkan lewat berbagai macam seperti melukis, menulis cerpen dan puisi, membuat lagu, dan juga bisa lewat kegiatan olehraga seperti voli, sepakbola, tenis meja, basket, catur, dan lain lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H