Mohon tunggu...
Antonius Bima Sugito
Antonius Bima Sugito Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Saya adalah pelajar dari Sekolah Dian Harapan Cikarang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Integrasi dengan Ancaman Disintegrasi terhadap Indonesia

8 September 2024   17:10 Diperbarui: 8 September 2024   20:25 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Disintegrasi Nasional, sebuah frasa yang terasa familiar dan mungkin sudah pernah didengar. Sebuah frase yang terdiri dari dua kata, Disintegrasi dan Nasional. Disintegrasi yang berarti; perpecahan dan. Nasional yang berarti; berkaitan dengan kesluruhan negara atau bangsa. Jika kedua kata itu tergabung maka akan berarti perpecahan negeri, atau khususnya untuk kita adalah; Perpecahan Indonesia.

Sudah tidak asing lagi bagi kita bahwa kita sudah Merdeka dari tangan penjajah pada 17 Agustus 1945. Ratusan tahun kita sudah menderita dan berjuang. Tetapi, pada masa itu juga ada alasanya kenapa kita tidak dapat memerdekakan diri kita lebih cepat. Itulah karena kita terpecah, semua perjuangan kita merupakan perjuangan yang terikat hanya kepada suku, ras, daerah dan adat. Sampai situ saja tanpa ada pengertian dari kekompakkan maupun kebersamaan secara meluas. Namun pada akhirnya, kita telah mengerti dan menerima satu sama lain dan menyatukkan upaya kita untuk mendorong dan mengusir para penjajah keluar dari tanah air kita. Dan hal ini terjadi akibat dari berbagai faktor dan dorongan. Salah satunya adalah perasaan senasib bahwa kita semua menderita karena satu pihak yang sama.

Dan semua ini pada akhirnya mencapai puncaknya pada 17 Agustus 1945 dimana kita memperoleh kemerdekaan kita. Bahkan pada setelah Merdeka pun kita tidak sepenuhnya bergabung dan juga tetap ada pembagian kepada daerah-daerah yang belum kita dapat bebaskan. Tetapi dengan itu pun kita tetap berjuang untuk mencapai persatuan sepenuhnya. Kita juga bahkan pada awalnya sudah memiliki 68 juta jiwa pada saat kemerdekaan. Dan untuk mengintegrasikan 68 juta jiwa bukanlah hal yang mudah yang dapat dilakukan kapan saja maupun sekejap. Pemikiran bahkan perasaan egosentris dapat menyebabkan disintegrasi atau perpecahan. Setiap orang, setiap jiwa dapat saja dan kapan saja kehilangan cinta mereka maupun keinginan mereka untuk menjaga integrasi dan persatuan Indonesia. Dan setiap ada opini, maka orang yang beropini sama akan muncul satu per satu, mungkin karena perasaan mereka yang terpendam, ataupun karena mereka sudah memiliki masalah dengan persatuan Indonesia ini tetapi hanya takut untuk menyuarakanya.

Dari itu, kita dapat menarik sebuah konklusi bahwa bahkan sebuah pemikiran disiden yang sudah ada tersembunyi pada seseorang baik tumbuh karena dunia disekitarnya maupun karena ditanamkan, dapat menjadi tunas dari distintegrasi nasional. Tetapi tentu saja kita tidak dapat memaksakan orang lain untuk berpikir sesame dengan kita, maupun menghukum semuanya yang dengan pemikiranya, sesedikitnya menginginkan perpecahan. Pemikiran ini mungkin sering muncul pada diri kita maupun orang disekitar kita. Inipun juga terlihat pada generasi muda dari Indonesia yang sering kali lebih menginginkan untuk pergi keluar dari Indonesia melainkan bertahan di Indonesia. Kenapa? Karena sudah sering bahwa keinginan mereka maupun visual mereka terhadap negara Indonesia lebih tinggi daripada apa yang sudah ada. Walaupun emang tentu ada banyak hal yang perlu diperbaiki dari dalam Indonesia, tetap juga ada banyak hal di luar yang menggiurkan sehingga terjadi kehilanganya cinta terhadap Indonesia. Kita dapat mengatasi ini dengan memperbaiki masalah kita dari dalam dan membuat Indonesia menjadi negara yang lebih baik, baik bagi kita dan juga bagi orang disekitar kita. Untuk semua kasus, pencegahan merupakan yang lebih baik dari mengatasi. Dengan menjaga lingkungan disekitar kita, seperti menjaga ketentraman dan saling menghargai kita dapat mencegah awal mulanya perpecahan atau disintegrasi sebelum itu menjadi sebuah masalah bagi kita semua.

Sejak pada masa kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, sudah terjadi banyak dan tentu akan terjadi lagi sebuah keinginan untuk perpecahan, sebuah pemberontakkan yang bertujuan untuk memecahkan Indonesia. Dan banyak kasus ini, selalu mempergunakkan masa-masa lemah Indonesia, masa dimana kita mengalami berbagai masalah. Apalagi pada masa Indonesia dipecahkan oleh Belanda menjadi sebuah negara federasi. Tentu rakyat tidak setuju dan ingin kembali, tetapi tentu ada juga yang mempergunakan ini untuk memecahkan diri dan menjadikkan negaranya tersendiri. Seperti pada masa pemberontakkan RMS pada tahun 1950. Pemberontakkan ini tidak muncul hanya sebegitu saja tetapi karena kelalaian Indonesia dan kurangnya cinta tanah air, dan juga ditambahkan dengan dampak dari luar yang menggiurkan dan mendorong setiap pemikiran disiden untuk mematangkan diri dan segaera memcahkan Indonesia. Kita sekarang sudah mengerti hal itu, dan juga dengan sadar akan tetap menolak. Dan itu juga merupakan tugas kita sebagai rakyat Indonesia untuk menjaga Integrasi dan Persatuan Indonesia ini.

Indonesia adalah negara penuh keberagaman. Lebih dari 1000 suku, semuanya dengan adat masing masing. Sebuah diversitas yang sangat tinggi, mungkin tidak dapat ditemukkan di tempat lain. Sebuah berkat dan juga sebuah dasar dari berbagai masalah. Karena kebanyakan adat dan budaya yang kita miliki. Akan terjadi banyak sekali perbedaan pemikiran antara satu sama yang lain. Baik konflik tentang orisinalitas dari adat, sampai ke masalah seperti kedaerahan. Tetapi, Indonesia tanpa suku lain akan menjadi kurang. Ya tentu bahwa Indonesia dominan berarah kepada suku Jawa. Tetapi, dengan sudah adanya peleburan yang berdiri dan bertumbuh sejak masa Kemerdekaan bahkan sebelum kemerdekaan. Sebuah peleburan yang terjadi dengan amat sangat matang, siap untuk menerima setiap masalah dan konflik secara kebersamaan.

Perbedaan suku seharusnya dibuat menjadi kebanggaan dari diversitas yang hanya Indonesia milki, dan bukan untuk menjadi alasan dari perpecahan. Mungkin perbedaan kita melebihi dari suku, seperti agama dan pemikiran. Tetapi itu hanyalah sebuah hal yang emang tentu harus kita terima. Bukan hanya di Indonesia tetapi di setiap pojok dunia. Memiliki perbedaan berarti kita semua memiliki pribadi kita tersendiri, dan untuk menerima perbedaan dan memilih untuk Bersatu sebagai satu negara adalah untuk menerima diri kita sendiri, bukan hanya sekitar kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun